JAKARTA - Sudah lebih sepuluh hari tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, namun hingga kini sekitar 190 korban kapal naas tersebut belum berhasil dievakuasi.

Dikutip dari merdeka.com, Ketua (Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjo menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab sulitnya mengevakuasi para korban KM Sinar Bangun di Danau Toba. Salah satunya diantaranya, keberadaan jurang dengan kedalaman 600 meter yang perlu kewaspadaan ekstra.

''Jadi ada jurang seperti kedalamannya lebih dari 600 meter, kalau sampai masuk ke sana semakin sulit lagi (evakuasinya), jadi kita memang harus dipikirkan planning bagaimana mengangkatnya,'' kata Soerjanto saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, Kamis (28/6).

Selain itu, Soerjanto menungkap, mengapa dugaan korban jiwa yang masih sulit ditemukan tidak mengapung, apabila diduga sudah meninggal dunia.

Menurut penuturannya, usai berkonsultasi dengan dokter forensik Universitas Indonesia, sulitnya jasad terapung disebabkan faktor dinginnya suhu di lokasi, sehingga tubuh tak bernyawa yang seharusnya mudah terapung di perairan malah semakin semakin tenggelam.

''Jadi kenapa jasad ini tidak muncul ke atas. Saya tanya 'dok ini kenapa kok para jasad ini nggak naik ke atas?' (dijawab) kalau termperaturnya dingin di dasar danau, itu seperti kita menaruh makan di kulkas jadi reaksi pembusukannya itu lambat, jadi kenapa jasad itu bisa naik karena kita butuh berat jenis kita harus lebih ringan dari air,'' tutur dia.

Hingga saat ini, 24 korban telah berhasil ditemukan Tim Gabungan. Total korban jiwa tercatat sebanyak tiga orang, dengan sisa di antaranya ditemukan selamat dan tengah menjalani masa pemulihan.

Satu korban jiwa diketahui sudah dievakuasi dan dipulangkan kepada pihak keluarga. Sedangkan dua lainnya, Basarnas dan Tim Gabungan, menjelaskan masih dalam level proses evakuasi. Keduanya ditemukan lewat tangkapa gambar deteksi teknologi Robot ROV dan Mulit-Beam Sonar yang memetakan kordinat di titik 450 m di kedalaman air.***