PEKANBARU - Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pekanbaru mencatat 134 ekor sapi bali mati akibat terjangkit penyakit jembrana sejak Desember 2016 hingga Maret 2017. "Kematian sapi akibat jembrana ini merupakan kasus tertinggi terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Pekanbaru El Syabrina di Pekanbaru, Kamis (9/3/2017).

El menilai, tingginya angka kematian karena kasus jembrana ini disebabkan banyaknya sapi asal daerah lain yang sudah terkena jembrana masuk ke Pekanbaru melalui pembelian oleh peternak. Sehingga penyakit jembrana semakin meluas dan menular ke ternak milik peternak berakibat matinya 134 ekor sapi.
Menurut El jika dibandingkan tahun lalu jumlah sapi bali terkena jembrana meningkat ratusan persen. "Tahun lalu hanya ada dua ekor yang mati karena jembrana, tidak sebanyak sekarang," katanya lagi.

Untuk mencegah kasus ini lebih meluas lagi, kata El, dinas sudah menerbitkan edaran pelarangan perdagangan sapi bali baik ke dalam maupun ke luar daerah Pekanbaru. Isi edaran pelarangan peternak setempat melakukan transaksi jual-beli sapi jenis bali saat ini. "Ini mencegah penyebarluasan penyakit sapi jembrana," tutur dia.

El menyebutkan, larangan lewat edaran ini sudah disampaikan ke semua peternak di Pekanbaru baik mandiri maupun kelompok. Hal itu dilakukan agar peternak waspada dengan menyebaran penyakit yang mematikan ini.

Ia juga menjelaskan, indikasi penularan jembrana ke Pekanbaru berasal dari daerah sekitarnya yang sudah terjangkit terlebih dahulu seperti Pelalawan atau Siak. Kemudian sapi tersebut dijual dengan harga murah ke peternak, karena tergiur maka peternak Pekanbaru membeli.