JAKARTA - Emosi anak kerap berubah-ubah. Pada satu waktu dia bisa merasa sangat senang sampai tertawa terbahak, namun sedetik kemudian marah hingga membanting mainannya. Masa kanak-kanak dikenal juga dengan periode paling egois dari seseorang karena rasa keakuannya cukup tinggi. Sebab itu, orang tua mesti membantu anak mengelola emosinya secara perlahan, terlebih jika dia sudah mulai beranjak remaja.

Ketika anak marah, sebaiknya jangan langsung balik memarahi atas apa yang dia rasakan. Cobalah memahami apa penyebab kekesalannya dan pada kadar seperti apa kemarahan itu bias dimaklumi. Bantulah mereka mengelola emosinya sekaligus menanamkan budi pekerti yang baik.

Berikut empat cara mengarahkan atau mengelola emosi anak, seperti dikutip dari laman Young Parents:

1. Beri penjelasan
Katakan kepadanya kalau sekarang dia “sudah besar”. Dia harus belajar berhenti bertingkah seperti anak kecil yang berakibat pada orang lain atau menggangu orang di sekitarnya. Biarkan dia mengetahui bahwa semua orang berhak marah namun jangan terlalu berlebihan dalam mengungkapkan kekesalannya.

2. Ajari cara kontrol emosi
Beri beberapa saran praktis tentang cara mengendalikan emosi. Strategi ini dapat diterapkan jika ia merasa darahnya mulai mendidih. Misalnya, anak dapat memberitahu orang tua kalau dia mulai merasa marah, kemudian menjauhi situasi yang memantik emosinya tadi dan alihkan ke kegiatan lain yang dapat menenangkan diri.

Sampaikan kepada anak bahwa akan lebih baik mengatakan, “Mama, aku marah karena tidak bisa menyelesaikan jigsaw ini”, ketimbang tiba-tiba melemparkan jigsaw ke lantai. Dorong anak untuk menyampaikan perasaan dan mengekspresikan kemarahannya secara lisan dan dengan perlahan, ketimbang langsung bereaksi secara membabi buta.

3. Butuh waktu
Awalnya memang terasa sulit namun orang tua tak perlu khawatir. Seiring waktu berjalan, anak akan mengerti jika emosi yang meluap-luap akan merugikan diri sendiri. Lambat laun anak juga berpikir untuk mengontrol emosi dan menemukan cara meredakan kemarahannya.

Ketika anak sudah sampai pada tahapan ini, orang tua tinggal memberikan evaluasi dan terus memantau perkembangannya. Caranya, tanyakan kepada anak berapa kali dia hampir mengamuk namun berhasil mengendalikannya karena kesadaran sendiri. Ini menjadi prestasi tersendiri buat anak.

4. Arahkan emosinya
Selain mengajarkan bagaimana mengendalikan emosi, orang tua dapat membantu mengarahkan emosi anak, misalnya dengan melakukan kegiatan kreatif untuk mengalihkan kemarahannya. Setiap mengetahui anak terlihat tegang dan hendak marah, orang tua bisa mengajaknya membuat kerajinan dari tanah liat atau lilin misalnya, lalu membentuk sesuai yang ia inginkan.

Dengan begitu, anak bisa mengekspresikan emosinya misalnya dengan memukul, meninju, atau meremas tanah liat atau lilin. Cara ini jauh lebih baik daripada mengungkapkan frustrasi mereka kepada orang lain. Jika metode ini dianggap kurang tepat, orang tua juga dapat mengarahkan anak mereka dengan kegiatan melukis, menggambar, atau mewarnai yang bisa bikin rileks.