SURABAYA - Seseorang yang terlanjur mengidap diabetes memang tidak dapat disembuhkan. Peringatan ini seharusnya membuat orang gentar dan terdorong untuk melakukan pencegahan. Terbukti dari pasien terdiagnosis dan yang tidak, jumlahnya hampir sama. dr Soewarno, SpPD dari RSAL Dr Ramelan menegaskan, di Indonesia, jumlah penyandang diabetes diabetes yang terdiagnosis hanya berkisar 50 persen.

"Berarti sisanya tidak tahu. Tahu-tahu datang ke rumah sakit sudah komplikasi berat," ungkapnya dalam Seminar Hidup Sehat Bersama Diabetes di Gedung Serba Guna RSAL Dr Ramelan Surabaya, Kamis (23/2/2017).

Ditambahkan dr Soewarno, dari 50 persen tersebut, hanya dua-pertiga saja yang berobat, dan yang berhasil dikendalikan hanya sepertiganya saja.

Selain ketidaktahuan, gaya hidup ditengarai menjadi faktor risiko yang mengakibatkan peningkatan kasus diabetes di Indonesia menjadi tak terhindarkan.

Menurut dr Soewarno, dari beberapa jenis diabetes, secara umum, diabetes yang paling banyak ditemui di masyarakat adalah diabetes tipe 2, yaitu yang diakibatkan oleh pola hidup tak sehat.

"Bahkan lebih banyak diabetes dari gaya hidup daripada yang keturunan," tandasnya.

Persoalannya, ketika diabetes menjadi tidak terkendali, maka kondisi ini akan mempercepat timbulnya komplikasi, baik komplikasi yang sifatnya akut maupun kronis.

Contoh komplikasi akut adalah ketika gula darah pasien terlalu rendah atau tinggi sehingga darahnya menjadi asam, dan kondisi ini ternyata dapat memicu kematian secara mendadak.

"Untuk komplikasi kronis, biarpun lambat tetapi pasti terjadi. Seperti ketika gula dalam darah merusak dinding pembuluh darah, bisa yang besar maupun yang kecil," paparnya.

Kerusakan pembuluh darah kecil dicontohkan bisa terjadi pada pembuluh darah mata yang kemudian memicu retinopati dan kebutaan, atau pada pembuluh kapiler jantung yang dapat menyebabkan lemah atau gagal jantung.

"Kalau pada pembuluh darah besar jantung efeknya bisa jantung koroner atau kalau ke otak stroke," imbuhnya.