JAKARTA - Suatu hari, pria bernama lengkap Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan, mengikat sapi di halaman Masjid Menara. Hal itu pun memancing perhatian umat Hindu di Kudus. Apa yang akan disampaikan Sunan Kudus? "Setelah orang-orang Hindu datang ke halaman masjid, Sunan Kudus mengucapkan salam bahagia dan selamat datang lalu kemudian berceramah, berdakwah dan saling berdialog," tulis Sri dalam bukunya Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Industri Wisata Ziarah karya Sri Indrahti, yang didapat dari laman Undip.ac.id dan dikutip Liputan6.com, Jumat, 1 Juli 2016.

Saat itu, Sunan Kudus mengumumkan kepada seluruh warga Kudus untuk tidak menyembelih dan memakan daging sapi. Tujuannya, menurut Sri, adalah untuk menghormati para pemeluk agama Hindu.

"Dengan metode seperti itu, akhirnya sebagian besar pemeluk agama Hindu menjadi simpati kepada Sunan Kudus dan  bersedia masuk Islam," kata dia.

"Pelarangan ini adalah simbol penghormatan bagi pemeluk agama Hindu yang pada saat itu masih mayoritas. Padahal sapi tidak diharamkan bagi pemeluk agama Islam. Sampai sekarang, masyarakat Kudus masih memegang teguh tradisi tidak menyembelih sapi, termasuk pada hari raya kurban. Sebagai gantinya, masyarakat Kudus lebih memilih untuk menyembelih kerbau atau kambing," sambung Sri.

Ada satu versi cerita lagi tentang sapi dan masyarakat Kudus ini. Sri bercerita, pada dahulu kala Sunan Kudus pernah merasa sangat kehausan. Lalu seorang pendeta Hindu memberikannya susu sapi.

"Sebagai ungkapan terima kasih dari Sunan Kudus, maka masyarakat Kudus dilarang menyembelih sapi," tulis Sri.

Hingga kini anjuran kanjeng sunan itu masih menjejak di Kota Kretek. Salah satu semangat yang dicerap dari ajaran itu adalah sikap saling menghormati antar-sesama penganut agama.***