PALEMBANG - BR (21), seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Palembang, melaporkan dugaan pemerkosaan yang dilakukan DAS (50), suami dari EL, dosen pembimbing skripsi korban. DAS juga tercatat sebagai dosen di salah satu universitas swasta di Palembang.

Kepada petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kota Palembang, BR menceritakan pemerkosaan yang dilakukan DAS terjadi tiga kali. Di kontrakan pelaku dan di kos-kosan korban.

Menurut BR, peristiwa pemerkosaan itu bermula ketika ia tengah menyelesaikan skripsi. Saat itu BR sering berkunjung ke kediaman DAS dan EL. Karena sering mengunjungi kediaman EL, hubungan di antara mereka semakin dekat. Bahkan, kata BR, dia sudah diangkat sebagai anak sendiri oleh pasangan yang belum dikarunia anak tersebut.

Selama sekitar enam bulan kenal dengan keluarga itu, BR mengaku sering ikut ke Palembang dan menginap di kontrakan DAS bersama EL.

BR menceritakan, pemerkosaan terjadi saat ia tengah mudik ke kampung halamannya di Jambi, dia menerima telepon dari DAS. Pelaku mengatakan, sudah menemukan sample penelitian yang dibutuhkan BR.

Dengan menumpang bus dari Jambi, BR tiba di terminal bus Palembang pada pukul 01.00 dini hari. Di sana dia dijemput DAS dan mengajak BR untuk menginap di rumahnya.

“Awalnya saya tidak mau diajak ke kontrakan itu, tapi karena menurut Pak DAS sudah menganggap saya anak, dan para tetangga juga sudah kenal sama saya, jadi saya mau. Tidak ada curiga-curiga,” jelasnya seperti dilansir Tribratanews.

Karena kelelahan akibat perjalanan cukup panjang, BR pun langsung tidur lelap di kediaman DAS tanpa curiga sedikit pun. “Tiba-tiba dia sudah menimpa saya, dan jadilah peristiwa itu. Saya sudah mencoba melawan, namun saya malah kalah tenaga,” keluhnya.

Usai peristiwa itu, DAS mengancam BR agar tidak menceritakan kejadian tersebut ke orang lain. Jika BR nekat menceritakan kejadian tersebut kepada orang lain, maka DAS akan menghambat penyelesaian skripsi BR sehingga wisudanya akan terlambat.

DAS kemudian melakukan hal serupa hingga tiga kali. Terakhir terjadi pada 16 April 2016 di kosan BR. “Di kosannya dua kali dan di kosan saya sekali. Saya tidak berani cerita karena diancam. Karena saya takut tertunda wisuda, kasihan dengan orangtua saya,” ungkap korban.***