JAKARTA - Bupati Batang Jawa Tengah, Yoyok Riyo Sudibyo, secara tersirat menyatakan siap bertarung memperebutkan kursi Jakarta 1 pada Pilgub DKI 2017. Yoyok. Namun mengaku sudah menjalin komunikasi dengan elite partai politik di Jakarta.

Hal ini disampaikannya usai acara 'Semangat Pantura, Buka Puasa Bersama dan Silaturahim Warga Perantauan"' di Gedung Joeang, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Minggu (26/6/2016). Dia menyatakan wajar saja komunikasi itu terjadi, soalnya kawan-kawan lamanya pada medio 90-an kini sudah masuk partai.

"Pada 94, saya di Jakarta. Sekarang mereka ada yang di partai politik. Saya silaturahmi saja di PDIP, Gerindra, NasDem. Ya silaturahmi dengan elite politik," tutur Yoyok.

Selain itu, dia menceritakan ada pertanyaan-pertanyaan dari komunitas-komunitas yang dia akrabi di Jakarta, apakah benar dia jadi maju ke Pilgub. Bila jadi, maka mereka bakal memperjuangkan Yoyok.

"Banyak yang bertanya ke saya, 'Pak jadi ke Jakarta?' Saya sampaikan, saya tuntaskan dulu kerjaan saya di sini. Kalau saya maju, mereka katakan siap berjuang," tutur Yoyok yang memang berlatar belakang militer dan pebisnis ini.

Kini, dia hanya ingin berkonsentrasi menuntaskan pekerjaannya di Batang sampai 2017. Soalnya, dia berjanji tak akan menjadi Bupati dua periode di Batang.

"Saya tuntaskan dulu di Batang sampai 2017. Apapun takdir Allah, saya tinggal jalani saja. Rumah saya juga di Jakarta, saya akan kembali ke Jakarta," ujarnya.

Soal Pilgub DKI 2017 dan potensi dia melawan kandidat petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dia masih tak mau terang-terangan memberi kepastian. Namun untuk kepemimpinan ideal di Jakarta, Yoyok menilai masing-masing punya gaya sendiri.

Katanya, gaya kepemimpinan Napoleon Bonaparte, Jenderal Sudirman, Soekarno, hingga Jokowi tentulah berbeda-beda. Cara kepemimpinan adalah seni. Bagi dia sebagai orang Jawa, dia memegang teguh formula 'pemimpin di depan memberi teladan, bila di tengah maka memberi prakarsa, dan dari belakang memberi daya dorong'.

"Antara saya dengan Pak Ahok pasti berbeda, karena saya orang Jawa, maka saya memegang teguh 'ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani'," ujarnya.

Pemimpin, menurutnya, juga harus memikirkan isi hati dan isi perut rakyatnya, bukan hanya mengandalkan logika saja. Soal Pilgub DKI 2017 nanti, dia punya harapan rakyat Jakarta agar cerdas menentukan pilihan.

"Mudah-mudahan pemimpin Jakarta nanti bukan polesan media dan polesan informasi teknologi, tapi lahir dari pilihan yang tepat," tandasnya.***