PARIS - Pemerintah Prancis membentuk lembaga baru yakni Yayasan Islam. Lembaga ini dibentuk setelah serentetan serangan terorisme dalam beberapa tahun terakhir dan ramainya isu burkini di Prancis.

Anehnya, orang yang ditunjuk memimpin lembaga itu adalah seorang non-muslim, yaitu mantan Menteri Dalam Negeri Jean-Pierre Chevenement.

Dia diberi tugas memimpin lembaga itu setelah Senin lalu Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengadakan pertemuan dengan para pemimpin komunitas muslim di Paris, seperti dilansir situs France 24, Rabu (31/8).

Cazeneuve mengatakan penunjukan Chevenement bertujuan agar Islam bisa sesuai dengan nilai-nilai Republik Prancis.

Namun sejumlah pegiat dan tokoh masyarakat menyayangkan pemilihan pria berusia 77 tahun itu.

"Ini konyol. Kita selalu memperlakukan muslim seolah mereka orang asing yang harus diajarkan disiplin," kata pegiat hak asasi Yasser Louati yang mendalami isu Islamofobia dan keamanan nasional.

Masalahnya, kata Louati, lembaga itu dan yang serupa dengannya sebelumnya, dibentuk oleh pemerintah. Mestinya, kalau mau berhasil, pembentukan lembaga itu perlu pendekatan bottom-up, bukan top-down. Artinya bermula dari komunitas, dari warga, baru kemudian mengerucut ke pemerintah.

Warga muslim harusnya ditanya, mereka ingin lembaga itu seperti apa dan siapa yang memimpinnya, kata Louati.

"Ini seperti menunjuk Ronald Reagen untuk memimpin lembaga urusan Afro-Amerika," kata dia.

Pengamat dan penulis tentang Islam Ghaleb Bencheikh, yang akan menjadi anggota dewan di lembaga itu, mengatakan kepada France 24, meski idealnya lembaga itu dipimpin seorang muslim, namun penunjukan Chevenement dinilai cukup tepat untuk jangka pendek yang bertujuan agar program-program yang dibuat bisa berjalan.

Pria 77 tahun itu juga bukan tanpa pengalaman sama sekali berhubungan dengan muslim. Dia adalah murid dari sosok Arab Prancis Jacques Berque. Dia juga sudah sering bepergian ke negara Arab dan pernah menjabat presiden Asosiasi Prancis-Aljazair. Chevenement juga pernah menduduki kursi menteri pertahanan dan mengundurkan diri akibat tekanan rakyat karena terlibat pada Perang Teluk pertama.

Islam adalah agama kedua terbesar di Prancis setelah Katolik. Dan Prancis adalah negara dengan populasi muslim terbesar di Eropa Barat.***