YANGON - Tujuh polisi ketahuan menyembunyikan narkoba di pos polisi tempat mereka berjaga. Tentunya mereka pun ditahan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ketujuh polisi itu adalah anggota Kepolisian Myanmar. Mereka menyembunyikan sekitar 300 ribu tablet metamfetamin yang tersembunyi di pos polisi perbatasan. Bergitu pernyataan seorang pejabat tinggi kepolisian, Kamis (28/7/2016).

Polisi mengikuti petunjuk yang dimiliki sebelum akhirnya menggerebek satu pos polisi di perbatasan dengan Bangladesh.
Obat terlarang itu ditemukan terkubur di dapur.

''Polisi menemukan 292.500 tablet stimulan, tersembunyi dalam tanah di dapur,'' ujar Soe Linn Aye, pejabat tinggi di markas kepolisian nasional, Naypyitaw, ibu kota negara Myanmar.

Narkoba yang disita diperkirakan bernilai 580 juta kyat (490 ribu dolar Amerika Serikat). Myanmar merupakan produsen utama opium dan produk turunannya, heroin, selama beberapa dasawarsa.

Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, negara itu dianggap sebagai pemasok utama metamfetamin jenis stimulan. Narkotika merupakan problem yang cukup mengganggu pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi.

Ia memerintah negara yang terbilang miskin dan sulit dikendalikan itu usai memenangi pemilihan pada November. Sebagian besar narkotika diproduksi di wilayah yang dikuasai pemberontak etnis minoritas atau pegaris keras sekutu militer.

Perbatasan barat Myanmar dengan India dan Bangladesh merupakan jalur penting penyelundupan bahan kimia untuk produksi metamfetamin di Myanmar. Obat terlarang itu nanti diselundupkan kembali ke negara kawasan Asia Selatan.

Narkotika dan obat-obatan (narkoba) dari Myanmar juga didistribusikan ke arah utara menuju Cina, dan timur ke Asia Tenggara. Pengamat mengkhawatirkan kemungkinan banyaknya penggunaan metamfetamin di Myanmar. Pasalnya, obat terlarang itu telah cukup luas dipakai di sejumlah negara Asia.***