MEDAN - Penemuan kasus TBC Resisten Obat/Kebal Obat (TBC-RO) di Kota Medan masih rendah. Sehingga pasien yang sudah terdiagnosa TBC RO masih sedikit yang memulai pengobatan. Kasie Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Medan Edy Yusuf SKM MKM mengatakan, pasien TBC RO hingga pertengahan 2021 yang terlaporkan sudah mencapai sekitar 57-an pasien dari 555 kasus TBC RO yang diperkirakan.

Sedangkan di 2020 TBC RO hanya ditemukan 87 pasien dari 555 kasus. "Kita harus meningkatkan penemuan kasus TBC RO di Medan dan mendorong setiap pasien yang sudah terdiagnosa TBC RO memulai pengobatan," kata Edy Yusuf kepada jurnalis harianSIB.com, Minggu (20/6).

Ia mengatakan TBC ini ada dua bagian yaitu TBC sensitif/biasa pengobatannya selama 6 bulan. Sedangkan TBC RO pengobatannya selama 9 bulan hingga 2 tahun. Selama waktu pengobatan ini, pasien wajib meminum obat secara teratur sampai sembuh.

Ia mengatakan kegiatan lokakarya kader pendampingan pasien TBC RO pada tahap pertama sudah dilaksanakan. Dengan demikian, pihaknya berharap kader-kader yang sudah dilatih akan bisa menemukan dan mendampingi pasien TBC RO yang belum memulai pengobatan.

"Pasalnya pasien TBC RO di Medan yang terlaporkan jumlahnya ada sekitar 87-an pasien, tapi 35% pasien ini belum memulai pengobatan dan ini bisa menularkan," ujarnya.

Seperti diketahui, kegiatan lokakarya pendampingan pasien TBC RO terintegrasi komunikasi motivasi bagi kader Kota Medan, yang dilaksanakan Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bekerjasama dengan USAID di Medan, Jumat (18/6).

Sedangkan, Technical Officer YKI Sumut dr Eva Oktavia K Simatupang SpKKLP mengatakan dilakukan lokakarya ini agar kader dapat membantu pasien TBC RO memiliki motivasi memulai pengobatan melalui konseling teknik komunikasi motivasi.

"Jadi ini bukan hanya memberitahukan atau mengedukasi dampak penyakit TB ini, tapi membangkitkan motivasi dari diri pasien sendiri untuk memulai pengobatan TBC RO," tuturnya sembari menambahkan usia pasien TBC RO di tahun 2020 sampai pertengahan 2021 ini yang terlapor 14-76 tahun.

Disinggung penyebab pasien TBC RO enggan memulai pengobatan, ia mengaku pasien TBC RO yang melakukan pengobatan di kota Medan masih rendah, sekitar 65% karena pasien belum memahami TBC itu penyakit menular, mencari pengobatan alternatif, tidak adanya dukungan keluarga, takut kehilangan pekerjaannya, masih adanya stigma.

Selain itu, mirisnya alamat pasien yang diberikan tidak sesuai sehingga sulit untuk dilacak dan lamanya pengobatan TBC RO dari 9 bulan dan bisa sampai 2 tahun membuat pasien enggan memulai pengobatan.

"Ke depannya sekitar 151 kader yang berasal dari setiap kelurahan di Kota Medan akan dilatih pendampingan pasien TBC RO dengan teknik komunikasi motivasi. Harapan kita adanya kader di 151 kelurahan ini nantinya bisa menemukan pasien yang belum berobat dan diajak untuk memulai pengobatan," ungkapnya. (*)