JAKARTA - Sudah hal yang umum diketahui bahwa banyak masyarakat Indonesia khusunya kalangan muda sangat menggemari budaya Korea Selatan atau yang lebih dikenal Korean Pop atau K-Pop.

Entah itu tentang fesyen, musik, drama, film drama korea, bahkan makanan yang menjadi ciri khas Negeri Ginseng tersebut ikut digandrungi sebagian besar masyarakat Indonesia di kalangan muda.

Bahkan tak jarang, masyarakat Indonesia lebih mengenal drama-drama hasil produksi Korea Selatan ketimbang sinetron dalam negeri.

Mirisnya lagi, anak-anak muda Indonesia saat ini juga kehilangan jatidiri dan melupakan budaya asli Indonesia. Bahkan tidak sedikit yang mengidolakan tokoh korea ketimbang para tokoh dan pejuang Indonesia.

Melihat fenomena itu, Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid, meminta para milenial khususnya Ikatan Pelajar Puteri Nahdhatul Ulama (IPPNU), agar tetap menjaga nilai-nilai budaya nusantara dari gempuran budaya asing khusunya drama korea.

"Fakta hari ini, banyak kalangan pelajar yang tidak hafal Pancasila, UUD bahkan tak hafal budaya serta adat istiadat bangsa sendiri. Mereka lebih hafal dan paham Le Min Ho," ujar Jazilul Fawaid, saat menutup Konferensi Besar Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (Konbes IPPNU) yang digelar di Gedung Pusdiklat Kementerian Agama di Jakarta, Minggu (29/11/2020).

Gus Jazil, sapaan akrabnya, juga berharap hadirnya teknologi dan media sosial, dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia untuk lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke dunia internasional.
Dampak negatif dari budaya Korea yang masuk ke Indonesia menurut Pria asal Pulau Bawean, Gresik Jawa Timur itu, adalah menyebabkan terjadinya pergeseran budaya dan akhlak yang amat signifikan. "Anak-anak muda kita jadi apatis terhadap kebudayaan bangsa sendiri, mengubah pola pikir generasi muda untuk selalu meniru dan meniru semua aspek kehidupan yang berbau Korea, ini bahaya," tandasnya.

Untuk itu, Gus Jazil sangat berharap, IPPNU bisa menjadi pemggerak agar kaum milenial di Indonesia punya progres untuk menjaga budaya Nusantara. "Hari ini, kita juga kehilangan tokoh perempuan. Ini tugas Pelajar Puteri NU untuk menghadirkan lagi tokoh perempuan sekaligus tokoh calon pemimpin masa depan," tandasnya.

Selain itu, Gus Jazil juga berharap, kegiatan Konbes IPPNU mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang akan berdampak terhadap kemajuan akhlak bangsa dan negara.

"Sekaligus mampu menelurkan dan menetaskan kader-kader yang sangat luar biasa dengan penuh keyakinan untuk menatap masa depan dengan tetap berpegang teguh kepada Aswaja An Nahdhiyah," tambahnya.

Dalam beberapa dekade kedepan kata Gus Jazil, generasi milenial hari ini akan memimpin Indonesia, dengan demikian pihaknya harus berkolaborasi dan memanfaatkan bonus demografi ini.

"Maka sangat jelas peran IPPNU sekarang menentukan pemimpin masa depan. Pelajar hari ini adalah pemimpin masa depan," jelasnya.***