MEDAN - KPU Kota Medan menggelar debat kandidat kedua pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan yang mengangat tema tentang meningkatkan pelayanan masyarakat dan menyelesaikan persoalan daerah, Sabtu (21/11/2020) malam di Grand Mercure Hotel.
Dalam debat kandidat kedua ini, paslon nomor urut 1, Ir Akhyar Nasution terlihat mengenakan ornamen ciri khas masyarakat minang dan blangkon khas Jawa yang dikenakan Salman Alfarisi. Sedangkan rivalnya, Bobby Nasution - Aulia Rahman, masih tetap mengenakan jaket lee seperti pada debat sebelumnya.

"Saya melihat ada konsistensi di sini. Nomor 1 berkata bahwa identitas yang kami kenakan hari ini adalah berlambang bahwa kami tahu dari fragmentasi masyarakat masyarakat kami sebagai tempat yang multi kultur dan kami manage dengan baik, dan kami akan lakukan sesuatu yang baik untuk kalian semua. Kami kenali kalian satu per satu. Each by each, i know who you are. Itu konsistensi dari awal," ucap Pengamat Politik Kota Medan, Shohibul Anshor, Sabtu (21/11/2020) malam.

Sedangkan Booby - Aulia, menurut kacamata Shohibul Anshor, pakaian yang dikenakannya melambangkan hanya membidik kaum milenial saja. "Bobby itu konsisten dia membidik milenial. Menurut saya tafsiran mereka ini adalah identitas milenial untuk lebih menarik perhatian," ujarnya.

Terlepas dari pakaian yang digunakan, Shohibul hanya berpesan kepada kedua paslon agar jangan lupa hal dengan hal hal yang substansi.

"Substansi kita adalah bagaimana rakyat itu sejahtera. Sejahtera itu seperti apa? Aman dia, kemudian makan cukup karena pekerjaan ada, lalu anak bersekolah, yang sakit ada obatnya atau kalau enggak ada uang ada BPJS, lalu masa depan ada. Itu yang harus diwacanakan dengan sebuah pembuktian pembuktian argumentasi yang masuk akal, sehingga orang berpikir, ini yang betul," jelasnya.

Shohibul juga berpesan, agar ada sportifitas antara kedua pendukung dan kepada semua aparat harus netral, jangan main curang, apalagi penyelenggara jangan ada yang main main.

"Jangan ada kemenangan yang dilakukan berdasarkan kecurangan. Demokrasi kita harus naik kelas. Pada 2015 lalu, sangat kecil nilai partisipasi pemilih, sekarang kita harapkan naik. Caranya seperti apa? Yakinkan bahwa rakyat akan lebih sejahtera di tangan kalian," tutupnya.