LANGKAT-Manager Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Bahorok, Khairudin memaparkan kelestarian hutan termasuk Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.

Masyarakat yang berdampingan dengan TNGL tentunya berpeluang memanfaatkan keberadaan hutan dengan menjual jasa sebagai pemandu wisata /guide seiring perkembangan.

Dibukanya beberapa kawasan wisata yang berdekatan dengan TNGL selain sebagai guide masyarakat sekitar juga selayaknya memanfaatkan peluang niaga yang berkaitan dengan wisata.

Hal demikian dipaparkan Khairudin saat sosialisasi manfaat pelestarian hutan di kantor desa Lau Damak kecamatan Bahorok, Senen, (12/10/2020).

Dihadapan petani desa serta pemuka agama /masyarakat ditambahkannya ada tujuh desa yang berbatasan langsung dengan TNGL.

Yakni desa Sampe Raya, Perkebunan Bukit Lawang, Timbang Jaya, Timbang Lawan, Lau Damak, Batu Jongjong dan Ujung Bandar. Seluruh desa dimaksud mendapat sosialisasi yang sama secara bergilir urainya. PPLH merupakan binaan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dikomandoi dr Sofyan Tan sebelumnya TNGL bermitra dengan Unit Manajemen Leuser (UML).

Saat sosialisasi peserta disuguhkan dengan pemutaran film dampak kerusakan hutan dan perburuan liar satwa di TNGL.

Sementara kepala seksi (kasi) SPTN wilayah V, Palber Turnip SP MH diwakili Tumin menjelaskan luas areal TNGL mencapai 830 268 95 Ha berada di dua propinsi yakni NAD dan Sumut tersebar di beberapa kabupaten /kota.

"TNGL dikelola Balai Besar, bidang, seksi dan resort sesuai wilayah kerja. Masyarakat berpeluang memanfaatkan keberadaan hutan tanpa mesti merusak namun harus memenuhi beberapa ketentuan yang diberlakukan," beber Tumin.

Selain menjadi populasi berbagai jenis pohon hutan TNGL juga menjadi habitat empat satwa langka yaitu harimau sumatra, gajah sumatra, mawas sumatra serta badak sumatra.

Keberadaan ke empat satwa itu menjadi daya tarik tersendi bagi wisatawan domestic /manca negara.

Kerusakan hutan tentunya sangat berdampak terhadap kelangsungan hidup tumbuhan dan satwa.

Ditempat yang sama kepala desa (kades) Lau Damak, Ngemat Ginting menjelaskan tiga dusun berdekatan dengan TNGL yakni Selayang, Tanjung Naman dan Tusam Pinter.

"Hutan masyarakat kerap menjadi habitat satwa langka seperti mawas dan beruang. Harimau sumatra juga telah memangsa ternak peliharaan warga/konflik satwa. Penduduk tiga dusun seakan hidup berdampingan dengan satwa langka yang dilindungi. Memelihara kelestarian hutan desa akan menerbitkan peraturan desa (perdes) sebagai payung hukum untuk dipatuhi bersama," ujar Kades.

Dibagian akhir peserta disajikan dengan renungan berbunyi "Ketika pohon terakhir telah ditebang, hewan terakhir telah mati. Sungai terakhir telah kering barulah kita sadar bahwa uang tidak bisa dimakan.