MEDAN- Puluhan Ibu Rumah Tangga (IRT) yang ada di Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, terlihat serius mengikuti arahan dari mentor untuk mengelola sampah rumah tangga menjadi bahan yang bermanfaat. Meski di masa pandemi tak menyurutkan semangat mereka dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Adapun bahan yang diolah merupakan bahan-bahan sampah rumah tangga yang biasanya tidak terpakai dan langsung dibuang seperti sisa-sisa sayuran, sisa-sisa kulit buah seperti timun, nanas, dan lainnya. Namun, limbah ini akan disulap menjadi bahan yang memiliki segudang manfaat yakni Eco Enzyme.

Eco Enzyme merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik campuran ampas buah dan sayuran, gula dan air. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi Pertanian Organik (Organic Agriculture Association) dari Thailand. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

Eco Enzyme memiliki multiguna. Ia efektif membunuh bakteri dan kuman, sehingga dimanfaatkan sebagai disinfektan. Cairan ini sangat tidak disukai kecoa, semut, lalat dan nyamuk. Alhasil cocok dipakai sebagai pengusir hama. Cukup semprotkan 15 ml eco enzyme yang telah dicampur 500 ml air ke tempat-tempat yang ditargetkan bebas hama.

Eco Enzyme juga bisa berfungsi sebagai cairan pembersih kaca dan kamar mandi. Selain itu, tokcer juga dipakai sebagai pupuk tanaman. Campurkan air secukupnya, jadilah Eco Enzyme sebagai pupuk organik.

Dikatakan Unit Manager Comm, Rel & CSR MOR I, M. Roby Hervindo menurut catatan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan tak kurang dari 1.340 ton sampah rumah tangga dihasilkan warga Medan per hari. Limbah sampah rumah tangga yang selama ini jadi momok.

"Ternyata limbah ini bisa diolah menjadi barang yang bernilai ekonomi. Pertamina melalui Marketing Operation Region (MOR) I Sumbagut, sebenarnya sudah merintis program pengelolaan sampah menjadi bernilai ekonomis. Program pengelolaan sampah yang berlokasi di Fuel Terminal (FT) Medan Group ini dimulai sejak tahun 2018 hingga saat ini," jelasnya, Rabu (30/9/2020).

Lanjutnya, program pengelolaan sampah ini digawangi kelompok warga di lingkungan 24 yang berlokasi di Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, Medan. Salah satu programnya adalah pengelolaan sampah anorganik berupa plastik menjadi Ecobrick. Program ini memberikan nilai tambah ekonomi bagi kelompok lingkungan 24 hingga mencapai tiga juta rupiah per bulan dari hasil penjualan Ecobrick.

"Nah, setelah sukses dengan pengelolaan sampah plastik, kali ini kami kembangkan dengan melakukan pelatihan pengolahan sampah organik rumah tangga, yang bernama Eco Enzym,” jelas Roby.

Sementara itu, CDO (Community Development Officer) Fuel Terminal Medan Group, Nurul Azmi menambahkan pelatihan dini mengolah limbah sampah rumah tangga menjadi Eco Enzyme ini akan dibuat menjadi kelompok.

"Disini sudah ada kelompok Ecobrick 2 kelompok bank sampah dan 1 untuk mengumpulkan sampah. Nantinya akan kita bentuk kelompok yang Eco Enzyme agar mereka bisa menanam cabai merah dan sayuran. Jadi sudah ada pupuknya yakni Eco Enzyme ini," ungkapnya.

Sementara itu, Fitriah salah satu IRT yang ikut dalam mengolah limbah organik rumah tangga menjadi Eco Enzyme mengaku baru pertama kali ikut pelatihan Eco Enzyme ini dan bisa mengetahui manfaat yang baik akan Eco Enzyme tersebut.

"Setelah ikut pelatihan ini jadi tahu kegunaannya dari awalnya yang gak tahu. Bahkan setelah dipelajari cara pengolahan sampah ini juga sangat gampang. Jadi saya akan mencoba sendiri di rumah," pungkas Fitriah antusias.*