MEDAN - Ir H Akhyar Nasution MSi seketika tertawa lebar dan menyebut nama Fabri Anthony Pakpahan sembari menunjuk sosok laki laki berperawakan kecil yang tak jauh dari podium Akhyar memberikan sambutannya.

Dihadapan seluruh Relawan Akhyar - Salman Alfarisi (RASA) SMANtig, Akhyar menyebut Fabri adalah teman sekolah dan teman sebangkunya ketika di SMP Negeri 9 dan SMAN 3 Medan. "Ke sini dulu," ungkap Akhyar meminta sahabatnya itu untuk naik ke podium. "Beliau ini adalah teman sebangku saya di SMA Negeri 3, bahkan waktu SMP kami juga sama, sebangku juga," ujar Akhyar memperkenalkan sembari tertawa karena kegirangan dapat bertemu kembali dengan sahabatnya itu.

Usai turun dari podium, beberapa awak media langsung menghampiri sosok laki laki yang akrab disapa Fabri. Saat berbincang di sela-sela deklarasi RASA untuk AMAN, Sabtu (26/9/2020) sore, Fabri pun menjelaskan bagaimana sosok Akhyar hingga kedekatannya dengan pemimpin Kota Medan yang tengah cuti itu.

"Kami ini sekolah sama, di SMP Negeri 9, tamat tahun 83, kami sebangku. Lanjut ke SMA Negeri 3 dan tamat 86, kami juga tetap sebangku dengan beliau," terangnya.

Dia menilai, Akhyar adalah sosok yang memiliki motivasi yang tinggi, suka membantu orangtua, keluarga, bahkan orang lain. Meskipun kondisi ekonominya sulit, namun Akhyar tetap orang yang penolong.

"Keluarga beliau ini sebenarnya, orangnya maaf kata kurang mampu, tapi itulah tadi, motivasi membantu orangtua, keluarga terutama nenek-nenek ya, sehingga dia berhasil. Satu lagi yang saya tahu bahwa beliau ini orangnya paling jujur dan dia selalu memperhatikan orang lain," ujar Fahri.

Mengenai prestasi, ungkap Fabri, jangan diragukan. Akhyar adalah orang yang terpelajar dan bahkan masuk perguruan tinggi tanpa testing.

"Setahu saya dari dulu dia itu, mulai dari sekolahan ya, kalau di organisasi dia pernah Ketua OSIS dan di kelasnya dia ketua kelas, kemudian kalau di sekolah dia termasuk salah satu pelajar yang dulu baik, dia masuk di IPB tanpa testing, tapi karena dia, kemampuan ekonomi orang tuanya pas-pasan, mau enggak mau dia kembali ke USU, itu pun dia tanpa testing," bebernya.

Saat masuk di perguruan tinggi di USU, Fabri menyebut, Akhyar mengikuti jejak almarhum ayahnya yang seorang Marhaenis, hingga akhirnya dia masuk menjadi anggota DPRD Medan dari PDI Perjuangan.

"Satu periode dia jadi anggota dewan dari PDIP. Kemudian dengan dia punya motivasi untuk memajukan keluarga, memajukan suatu bangsa dan negara ini, dia mencoba jadi Walikota dengan modal nol ya. Kemudian dengan kebersamaan, dia mempunyai teman, punya relasi juga banyak, makanya saya mencoba memohon dengan kawan-kawan semua yang ada di alumni SMA Negeri 3, (untuk memenangkan Akhyar) dan doakan dia menjadi orang nomor satu di Kota Medan," harapnya.

"Saya yakin, dia orangnya tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak benar, dan rumahnya pun di komplek wartawan. Dalam arti kata, yang saya maksudkan pas-pasan, tidak mempunyai seperti pejabat-pejabat yang lain," timpalnya.

Selain sudah berpolitik sejak masa sekolah yakni menjadi Ketua OSIS, Akhyar adalah orang yang memiliki hobi bermain bola. "Kalau kenangan SMA dulu, dia ini selain ketua OSIS, termasuk orang yang punya motivasi dalam hal apapun. Dia mempunyai hobi bola kaki, bermainnya cukup bagus. Kalau istilah sekarang ini dia itu Lionel Messi, pencetak gol," kenangnya.

Di sisi lain, Fabri menuturkan, Akhyar tidak pernah mau menerima apapun ketika diberikan. "Dia berusaha untuk mencari uang sendiri, bahkan dia yang selalu memberikan, selalu memperhatikan sama orang-orang yang enggak mampu. Misalnya di Tanjung Mulia Bengkel, seputaran di komplek wartawan, dan di mana mana, selalu dibantu sama dia. Dibantu bukan untuk diminta ya. Sosialnya cukup tinggi Akhyar ini," jelasnya kembali.

Ada satu hal yang tidak bisa dilupakannya. Di mana dia dan Akhyar serta teman temannya yang lain bisa disebut Tim Pemburu Pasir. "Dulu SMP 9 daerah banjir, jadi selalu tergenang air. Jadi kami ini sama guru-guru disuruh setiap hari membawa pasir 1 karung, 1 karung itu paling sedikit 2 kilo. Kalau kita enggak bawa, kita dikenakan hukuman, bisa lari-lari di lapangan. Tapi tujuannya cuma satu, sekolah kami supaya enggak banjir lagi," kenangnya lagi.

"Di PDIP termasuk orang yang bagus, tapi ya nggak tahulah kalau belakangan ini politik ya, tapi kita nggak salah kan. Walaupun banyak tantangan, banyak rintangan, tetap gak mau dia sakit hati dan selalu berbuat yang terbaik. Mudah-mudahan kalau nanti dia jadi Walikota, saya kira kita bisa lihat bersama hasilnya," tukasnya. (*)