LANGKAT-Semangat petani karet (Havea Bracilincies) sempat timbul pasalnya beberapa pekan terakhir menanjak hingga Rp 8.000/Kg.

Namun tidak bertahan lama harga kembali menurun pada pasaran /pajak karet Simpang Bungara desa Timbang Lawan kecamatan Bahorok.

Informasi dihimpun Minggu, 20/9/2020 menyebutkan harga turun Rp 200 /Kg. Diprediksi pada pekanan berikutnya kemungkinan terus menurun.

"Pengalaman harga memang demikian," urai Sari (54 thn) petani karet. dari desa itu telah cukup lama harga jual petani murah bahkan pernah mencapai Rp 3.500 /Kg.

Disinggung tentang nilai jual miliknya, Sari mengaku Rp 7.800 /Kg turun dari harga pekanan kemaren. "Masih untung dikerjakan sendiri hanya terbebani biaya lansir. Dibanding dengan pemilik lahan yang memperkerjakan pihak lain maka hasil nilai jual dibagi dua," ujarnya sembari keningnya berkerut.

Pria dua cucu itu menambahkan belum berniat meremajakan tanaman karetnya karena lahan cuma sedikit sekitar 6.400 M tersebar di tiga tempat yang berdekatan.

"Benar musim turun daun sehingga hasil produksi juga menurun. Biasanya mencapai 160 Kg/pekanan mingguan namun saat musim turun daun hanya 110 Kg," kata Sari.

Tanaman okulasi dikelola sendiri imbuhnya menjawab wartawan. Petani karet pernah jaya dengan harga mendekati Rp 20.000 /Kg namun kini hanya mampu bertahan hidup dan sulit berkembang. "Tidak mengerti permasalahannya tentang apa, namun mash banyak petani karet yang setia terhadap produksi eksport itu," pungkas Sari.

"Kita masih berharap harga bisa normal dan stabil sehingga butuh perhatian pemerintah," kata Sari.