JAKARTA - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menyampaikan rasa bangganya pada taruna-taruni Sekolah Tinggi Intelejen Negara (STIN). Ia menyatakan dukungan atas peningkatan kapabilitas Intelejen negara.

Hal itu disampaikan Bamsoet dalam acara Inagurasi Peningkatan Statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dan Peresmian Patung Bung Karno di Gedung STIN, Sentul, Bogor beberapa waktu lalu.

Usai menyaksikan demo ketangkasan yang ditunjukkan para taruna-tarini STIN dalam kesempatan tersebut, Bamsoet menilai, sumber daya manusia (SDM) Intelejen Indonesia tidak kalah dengan kehebatan 10 intelejen terbaik dunia seperti CIA (Amerika) M16 (Inggris), GRU (Rusia), DGSE (Prancis), ISI (Pakistan), BND (Jerman), Mossad (Israel), R&AW (India), ASIS (Australia), CSIS (Kanada) dan badan intelejen dunia lainnya.

"Saya bangga dan mendukung penuh prestasi para taruna-taruni Sekolah Tinggi Intelejen Negara (STIN)," kata Bamsoet.

Dalam pernyataan tertulis, Minggu (13/9/2020), Bamsoet menyatakan, sebagai mata dan telinga negara Intelijen memang harus mahir dalam menganalisa, melakukan penyusupan, penyamaran, propaganda, agitasi, provokasi, dan menggelar operasi rahasia serta mampu melakukan pertempuran baik perorangan sebagai pertahanan diri maupun sebagai team atau kelompok.

Keterampilan beladiri, menjinakan bom, membebaskan sandera, keahlian siber dan bertempur, merupakan hal yang harus dikuasai seorang intelejen. Bahkan CIA, kata Bamsoet, kerap melakukan berbagai eksperimen kontrol-pikiran untuk mengeksplorasi memori otak, pura-pura berkepribadian ganda (banci), pura-pura gila atau membuat pengakuan palsu.

"Harusnya kita bangga pada taruna-taruni STIN yang dilatih keterampilan khusus, soft skill. Sehingga tangguh dan profesional dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, menjaga keamanan negara, menjaga NKRI," pungkas Bamsoet.***