TANAH KARO-Team ACT Sumut bersama Masyarakat Relawan Indonesia Kab. Karo kembali menyisiri wilayah desa yang terpapar oleh abu vulkanik dari Erupsi Gunung Sinabung pada, Rabu (19/8/2020).

Selain melakukan assessment kebeberapa desa yang terpapar erupsi, Tim ACT-MRI juga membagikan beberapa bantuan pangan kepada para petani disekitaran wilayah gunung Sinabung. Sejak pagi hingga sore, tim berkeliling sembari bersilaturahmi kebeberapa warga khususnya para petani di tiga desa yang merasakan dampak terbesar dari debu erupsi. Sebagai sampel percontohan, tim mengambil data dari 2 desa yang berada di Kec. Nama Teran, dan 1 desa yang berada di Kec. Merdeka.

Desa Suka Tepu dan Desa Gung Pinto merupakan 2 desa yang berada di Kec. Nama Teran, sedangkan desa yang berada di Kec. Merdeka diwakili oleh Desa Deram. Dari ketiga desa ini, diambil kesimpulan bahwa para petani disana terancam akan gagal panen. Ini terlihat dari efek hujan abu vulkanik menutupi hampir 95% lahan pertanian disana. Ada beberapa tanaman unggulan yang menajdi komiditi masyarakat desa, seperti Terong, Kol, Wortel, Kentang, Cabe, Jeruk dan Kopi. Selain tanaman kopi, keseluruhan tanaman yang tadi sangat mengkhawatirkan. Gagal panen menjadi momok menakutkan bagi warga yang berada dekat dengan Gunung Sinabung saat ini.

Seperti yang disampaikan oleh Edy Sitepu, salah satu pengelola salah satu kebun jeruk yang berada di desa Gung Pinto mengungkapkan, erupsi gunung sinabung ini tidak bisa diprediksi kapan usainya sehingga masyarakat khususnya petani merasa was-was, apalagi tanaman yang ditanaminya seperti markisa dan jeruk, sekarang kondisinya sangat tidak baik. Edy Sitepu yang mengaku hanya sebagai pengelola sangat khawatir tidak akan mendapatkan upah nya lagi selama erupsi ini berlangsung, apalagi sudah dipastikan toke yang memiliki lahan tidak mendapatkan keuntungan dari penjualan hasil kebun yang dikelolanya. Sudah tentu berdampak pada upahnya pula.

Senada dengan Edy, begitu pula Murdi Depari dampak yang terjadi di daerah sekitaran gunung Sinabung ini sangat berdampak pada pertanian. Kerugian yang didapatkan oleh petani saat ini sangat besar karena sebelum terjadinya erupsi mereka sudah membuang modal mereka, kemarin untuk pembelian bibit kentang yang sudah ditanamnya, Murdi menghabiskan biaya sebesar 10 juta. Kini harapannya sirna, karena sudah dipastikan kentang nya gagal panen. Saat ini warga sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah, kalau tidak sekarang kapan lagi wakil-wakil rakyat bisa turun tangan untuk melihat kondisi ini, demikian harapannya.

Begitu pula dengan Santi Bru Sitepu warga Desa Deram, Kec. Merdeka, saat ini tanaman yang ditanamnya terdiri dari Terong, Cabe dan Jeruk. Walau menurut pengakuannya ada beberapa yang sempat dipanen, namun berhubung terpapar abu buah nya pun berjatuhan sebelum masa panen. Sejak terkena erupsi dia hanya dapat memanen jeruk sebanyak 1 ton, dan dikarenakan kondisi buah yang tidak baik, Santi terpaksa menjual buah jeruknya dengan harga yang benar-benar fantastis murahnya. Dipasaran kota Medan, harga Jeruk 10 ribu - 13 ribu per kilo sementara Santi bru Sitepu ini hanya menjual Rp. 1.000,- per kilo, ini terpaksa mereka lakukan untuk meminimalisir kerugian yang besar.

Miris memang, ketika Kabupaten Karo yang menjadi Lumbung pangan bagi masyarakat Sumatera Utara kini harus mengalami persoalan yang begitu pelik, disaat dilanda pandemic Corona ini mereka harus tertimpa musibah erupsi Gunung Sinabung yang benar-benar menghimpit perekonomian warga. Mungkin saat nya kita bahu membahu bersama pemerintah untuk menyelamatkan Lumbung Pangan kita bersama. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi, mari bersama dalam Aksi Bantu Indonesia, demikian ujar Sakti Wibowo selaku Staf Program ACT Sumut.