MEDAN - Menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-75, Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia Sumatera Utara (DPD KNPI Sumut) menggelar kegiatan dialog publik, Jumat (14/8) di Stadion Cafe, Medan.


Dalam dialog publik bertema “Pemuda Merdeka, Menuju Indonesia Maju” tersebut, Ketua DPD KNPI Sumut Samsir Pohan ditunjuk sebagai narasumber berikut juga Anggota DPD/MPR RI Dedi Iskandar Batubara, Wakil Ketua DPP KNPI Sugiat Santoso, dan Ketua PKC PMII Sumut Azlansyah. Serta dimoderatori oleh Wakil Sekretaris KNPI Sumut Fajar Siddik.

Dalam pemaparannya, Dedi Iskandar Batubara menjelaskan bahwa terdapat dua hal yang menjadi indikator bahwa pemuda telah merdeka dan dapat mengisi peran sebagai pihak yang berkontribusi dalam memajukan negara.

“Pertama, dalam kondisi yang serba sulit ini, pemuda harus berani ambil resiko. Jadi pemuda belum bisa dikatakan merdeka jika masih banyak mempertimbangkan resiko dalam bertindak dan bergerak,” katanya.

“Kedua, pemuda-pemuda yang akhirnya berhasil dan sukses, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk daerah dan negara, adalah pemuda yang fokus pada satu tujuan,” sambung pria yang juga pernah menjabat sebagai Sekretaris KNPI Sumut tersebut.

Serupa dengan Sugiat Santoso, ia juga menyebutkan ada dua hal yang harus dimiliki pemuda dalam mengembangkan jati diri, gagasan, dan gerakannya. Antara lain kemandirian dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.

“Saya yakin banyak pemuda Indonesia yang punya potensi luar biasa, tapi tidak mampu memaksimalkannya dan menjadikannya sebagai dasar untuk mengembangkan diri. Akhirnya ketika tidak mampu memaksimalkan potensi, pemuda tidak bisa mandiri,” jelasnya.

“Padahal kemandirian wajib ada pada diri di setiap pemuda, menandakan dia sudah merdeka,” sambung Sugiat.

Samentara Samsir Pohan menilai bahwa potensi dan karakteristik khas yang dimiliki pemuda tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada gerakan kolaborasi. Mengisahkan tentang perjuangan Soekarno dan tokoh revolusi lainnya, Samsir Pohan mengutarakan bahwa mereka dahulu menggunakan semangat gotong-royong.

“Saya sepakat dengan yang disampaikan Bang Dedi Iskandar Batubara dan Bang Sugiat, bahwa pemuda yang merdeka itu memiliki karakteristik khas, kemandirian, dan potensi yang dapat dimaksimalkan,” ujarnya.

“Namun pemuda tidak bisa berbuat apa-apa jika potensi dan gerakan yang ada tidak dikolaborasikan. Jadi kolaborasi itu penting untuk menyatukan potensi dan gerakan pemuda dalam konteks pembangunan daerah dan negara,” tambah Samsir Pohan.

Terakhir, Azlansyah menyampaikan bahwa pemuda dan mahasiswa tidak boleh berhenti melahirkan gagasan dan gerakan dalam mengisi kemerdekaan.

“Kita harus terus bergerak, walau kondisi sesulit apapun, karena pemuda adalah harapan masyarakat. Begitu juga dengan aktivis mahasiswa, setiap gerakan harus bisa memberi kontribusi untuk masyarakat,” tandasnya.