JAKARTA - Mantan Anggota Komite Etik FIFA, Dali Tahir meminta kepengurusan PSSI di bawah pimpinan Mochamad Iriawan yang akrab dipanggil Iwan Bule jangan mencari pembenaran bahwa tidak terjadi pelanggaran statuta PSSI soal pengangkatan soal Yunus Nusi yang tercatat sebagai Exco PSSI menjadi Plt Sekjen PSSI.

"Soal statuta PSSI itu jangan bikin interpretasi sendiri-sendiri. Terus terang, saya menjadi sangat khawatir pelanggaran statuta ini lambat atau cepat akan tercium dan Indonesia bisa terkena sanksi dari FIFA," kata Dali Tahir yang dihubungi Gonews.co Group melalui WhatsApp, Minggu (2/8/2020).

Soal pelanggaran statuta FIFA itu, kata Dali Tahir, Iwan Bule tidak boleh main-main apalagi Presiden Jokowi sangat perhatian terhadap keinginan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U 20 2021. Bahkan, Presiden sudah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) tentang Percepatan Prestasi Sepakbola Nasional (PPSN) dengan memberikan bantuan dana Rp50,6 miliar untuk persiapan Timnas U 19 Indonesia yang ditangani pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae Yong melakukan persiapan menuju PIala Dunia U 20 2021. 

"Saya itu mencoba meluruskan masalah statuta PSSI itu  karena Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U 20 2021. Jangan sampai adanya pelanggaran itu akan berdampak terhadap penyelenggaran even dunia pertama kali di Indonesia.  Sebagai masyarakat sepakbola, saya wajib mengingatkan sekali lagi kepada PSSI  bahwa FIFA itu memiliki sikap "zero tolerance" atau toleransi nol dalam menghadapi para pelanggar statuta," tegasnya. 

Memang anggota Exco PSSI bukan pertama kali menjabat sebagai Plt Sekjen PSSI. Hal itu, kata Dali Tahir, pernah terjadi saat PSSI dipimpin Edy Rahmayadi dimana Wakil Ketua Umum PSSI yang juga anggota Exco PSSI, Joko Driyono menjabat Plt Sekjen PSSI menggantikan Sekjen PSSI Ade Wellington diberhentikan. Tetapi, kata Dali Tahir, pelanggaran yang dilakukan Joko Driyono itu tidak perlu diikuti karena sudah jelas bertentangan dengan pasal 61 ayat 4 statuta PSSI. 

"Saat itu Joko Driyono bisa seenaknya menabrak statuta dengan menjabat sebagai Plt Sekjen PSSI karena dianggap paling ahli dalam sepakbola. Bahkan, Joko Driyono yang jelas tidak memenuhi persyaratan dengan mulus menjadi anggota Exco tanpa ada yang memprotes. Padahal,  Joko itu hanya pegawai PT Liga Indonesia yang tidak berhak mencalonkan diri sebagai Exco dimana persyaratan utamanya adalan sebagai anggota PSSI," jelasnya. 

"Bukan hanya Towel, tetapi saya juga merasa aneh mengapa Anggota Exco PSSI tidak bersuara dan menjelaskan kepada Iwan Bule bahwa telah terjadi pelanggaran statuta PSSI mengenai pengangkatan Yunus Nusi selaku Plt Sekjen PSSI. Apakah mereka memang tidak memahami statuta PSSI atau memang sengaja membiarkan Iwan Bule dan Yunus Nusi  menabrak statuta PSSI?," tanya Dali Tahir yang ikut memutuskan sanksi terhadap Presiden FIFA, Sepp Blatter yang terlibat kasus suap. 

Dali Tahir juga meminta anggota Exco PSSI tidak terus membiarkan pelanggaran statuta ini terjadi dengan memberikan masukan kepada Iwan Bule agar berpegang kepada statuta PSSI. "Soal statuta itu kan gampang. Tinggal dibaca dan ditaati saja sehingga sepakbola Indonesia bisa lebih baik ke depan. Jangan berikan masukan yang keliru sehingga menimbulkan keputusan yang keliru dan membiarkan pelanggaran statuta terus terjadi," imbuhnya. 

Lebih jauh Dali Thahir mengingatkan, Presiden FIFA, Sepp Blatter bersama Exco FIFA menetapkan agar semua federasi sepakbola anggota FIFA mengadopsi statuta FIFA pada tahun 2000. Khusus bagi PSSI, katanya, statuta itu sebagai pengganti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (DAD/ART) yang menjadi pedoman PSSI saat itu. 

"PSSI adalah salah satu Federasi di Asia yg mengadopsi statuta FIFA di tahap awal dan kebetulan saya ditunjuk PSSI menjadi Ketua Tim Persiapan Statuta PSSI. Kami berunding di Zurich, Kuala Lumpur dan Jakarta hampir selama 2 tahun dimana akhirnya Statuta PSSI di terima FIFA," ujarnya.

Maksud dan tujuan diberlakukannya statuta kepada semua Federasi anggota FIFA, kata Dali, agar terjadi keseragaman dalam menjalankan organisasi. "Harus selalu kita pahami bahwa penguasa tunggal sepakbola dunia adalah FIFA. Apalagi, banyak manfaat yang dinikmati anggota FIFA , dari kursus ke pelatihan: wasit, inspektur pertandingan, kepelatihan organisasi dan juga bantuan finansial yang rutin," ungkapnya.***