SAMARINDA - Borneo FC Samarinda dipastikan harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya operasional saat bermain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi tersebut bakal diperparah lantaran tak ada pemasukan dari penjualan tiket. Kompetisi Sepakbola Liga 1 2020 kembali bergulir 1 Oktober 2020 dan berakhir 28 Februari 2021. Hal ini sesuai dengan keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB) bersama PSSI berdasarkan surat keputusan nomor 244/LIB-COR/VII/2020, tanggal 10 Juli 2020.

Seluruh laga akan dimainkan di Pulau Jawa tanpa penonton. Bahkan, klub peserta Shopee Liga 1 asal luar Pulau Jawa diminta mencari home base di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.

Kebijakan tersebut dinilai merugikan klub, terutama pada pemasukan tiket serta dukungan sponsor yang dimiliki.

Chief Marketing Borneo FC Novi Umar menjelaskan, pihaknya tak bisa berbuat banyak. Sebab kebijakan harus ditaati seluruh klub tanpa terkecuali.

"Ya mau bagaimana lagi harus diikuti. Keputusan yang diambil demi keamanaan dan kesehatan semua. Mulai dari pemain, wasit, ofisial, dan semua pihak yang terlibat," kata Novi.

Bermain di Jawa, Novi menyebut sektor bisnis bakal terpengaruh. Sebab setiap laga digelar tanpa penonton.

"Pemasukan tiket dipastikan tidak ada. Aktivasi dari sponsor juga seret. Tapi dengan situasi seperti ini semua harus menerima," imbuhnya.

Saat ini, Novi masih menunggu surat resmi dari PT LIB terkait kompetisi. Hal tersebut nantinya diteruskan ke pihak sponsor.

"Kalau sudah ada surat resmi, kami bisa menjelaskan dengan baik ke sponsor. Saya harap semua bisa mengerti dengan keadaan ini. Insya Allah Borneo FC tetap menjaga komitmen dan berusaha mengejar prestasi musim ini," pungkasnya. ***