DELI SERDANG - Mediasi yang dilakukan Muspika Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, berakhir gagal setelah warga tetap ngotot meminta penutupan usaha ternak ayam petelur di Dusun Banjar Negoro A, Desa Sidodadi Ramunia. Begitupun, Pemerintah Kecamatan Beringin yang dipimpin Wahyu Rismiana akan mengagendakan ulang pertemuan selanjutnya. Namun, warga diminta untuk merundingkan kembali solusi lain, mengingat usaha ternak milik keluarga Seng Guan juga mempekerjakan tenaga lokal dan juga siap untuk merundingkan dikucurkannya CSR untuk warga.

"Tadi ada juga (warga dan juga pekerja) yang datang ke saya, kalau sempat tutup bagaimana kami kerja. Tapi karena mereka tidak saya undang, saya suruh pulang," ungkap Camat Beringin saat mediasi warga dan pemilik ternak, Jumat (10/7/2020) di Aula Kantor Camat.

Di sisi lain, Kapolsek Beringin, AKP MKL Tobing SH berharap, persoalan ini bisa diselesaikan sesuai keinginan dan kemampuan masing-masing.

"Kami di sini tidak ada kepentingan kepada siapa pun, kami ini ingin bagaimana di desa ini bisa damai dan kondusif, itu aja harapan kami," jelasnya.

"Mohon perhatikan juga tiga azas yakni azas ekonomi, sosial dan kemanusiaan. Dalam suatu usaha itu ada juga orang yang membutuhkan pekerjaan," timpal Kanit Reskrim Polsek Beringin, Ipda A. Hutapea, SH.

Sementara itu, dihadapan warga pemilik ternak Seng Guan memohon maaf bila ada kesalahan selama ini kepada warga. Dia juga siap menampung aspirasi warga, sehingga dia dan warga dapat bergandengan tangan.

"Saya ingin merangkul masyarakat sekitar dan berbagi," ucap Seng Guan.

Begitupun, warga tetap tak menerima dan ngotot usaha ternak ayam di dusun mereka ditutup meski Kanit Reskrim telah menunjukkan semua dokumen bukti izin usaha milik Seng Guan dan masih berlaku.

Setelah tidak menemui titik terang, akhirnya mediasi diskor dan 5 warga menandatangani berita acara atas tidak ada kesepakatan dari pertemuan tersebut.

"Tuntutan warga tetap minta tutup," ucap Syaiful mewakili warga lainnya usai pertemuan.

Syaiful mengaku, ada hampir 40 warga yang berdampak langsung dengan lokasi ternak ayam milik Seng Guan. Dia mengaku, lokasi rumahnya dengan ternak ayam berjarak sekitar 70 meter saja.

Di sisi lain, ketika disinggung bantuan seperti apa yang harus diberikan pengusaha jika dana CSR dikeluarkan, Syaiful tidak bisa menjelaskan.

"Kira-kira ya belum tahu lah bang, kita enggak sendiri, kita banyak," akunya.

Dia juga mengaku, persoalan sosial, ekonomi, tidak ada berpengaruh dengan warga akan keberadaan lokasi ternak ayam milik Seng Guan.

"Tidak ada berdampak sama kami. Bahkan dampak negatif saja yang kami dapat, lalat dan juga bau. Kalau karyawan, tidak ada yang dari situ (penduduk asli_RED), orang pendatang semua, orang luar," akunya.

Mengenai lalat, Syaiful mengaku datangnya secara musiman dan kadang datang tiba tiba.

Diwawancarai secara terpisah usai mediasi, Kades Sidodadi Ramunia, Salamun menyampaikan, hanya 10 keluarga yang terdampak langsung dengan lokasi ternak ayam.

"Sekitar 10 KK di situ, setelah itu areal persawahan baru Dusun Madiun," terangnya.

Salamun juga menjelaskan, rata rata persoalan yang dilaporkan warga yakni keberadaan lalat. Namun, dalam pertemuan tadi pemilik usaha juga telah meminta maaf atas kejadian selama ini.

"Sebelumnya sudah pernah ditawarkan, ada juga ayam dan telur diberikan sebelum lebaran," ucapnya.

Kades juga sepakat dengan pernyataan Kanit Reskrim Beringin soal azas ekonomi, sosial dan kemanusiaan. Sebab, jika putus salah satu rantai, maka akan terjadinya compang camping.

Seperti yang diwartakan sebelumnya, persoalan ini muncul ketika Seng ingin menambah kandang baru di lokasi ternak ayam milik keluarganya. Dalam persoalan ini, warga meminta usaha keluarga yang dirintis selama 37 tahun harus ditutup.