DELISERDANG-Ibarat pepatah lama yang mengatakan, “Gali Lubang Tutup Lubang” demikian lah keseharian yang dilakukan oleh Dina Marbun (45 th) seorang ibu penjual keliling ikan gembung rebus. Ibu pejuang nafkah keluarga ini selalu melakukan hal yang sama selama 23 tahun, yakni berhutang untuk bayar hutang.

Bersama suaminya Sahroni (47 th) mereka tinggal dirumah warisan orang tua Dusun I Desa percut. Kel. Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Dina Marbun membantu suaminya dari mulai belanja bahan pokok, membersihkan, menggarami ikan-ikan, merebusnya, hingga menjajakan secara berkeliling kampung di sekitar tempat mereka tinggal.

Walau hasil keuntungannya tidak seberapa namun, Dina Marbun tetap gigih mencari nafkah demi menyekolahkan ke empat anak-anaknya. Saat ini anak pertama mereka, sudah ada yang duduk dibangku SMK, anak yang kedua di SMP, anak ketiga dan keempat baru di Sekolah Dasar. Mereka lah yang menjadi energy bagi ibu yang hanya bermodalkan sepeda tuanya untuk berkeliling kampung menjajakan dagangannya ini.

Walau panas terik dan hujan badai sekalipun, Dina Marbun tak pedulikan resiko yang harus dihadapinya. Yang terkadang kondisi cuaca seperti saat ini yang tak menentu membuatnya mudah jatuh sakit. Semua itu dia hadapi karena setiap harinya ada tanggung jawab yang harus diselesaikannya. Yakni membayar hutang ikan yang akan diolahnya menjadi Ikan Gembung Rebus ini.

Karena sejatinya ikan-ikan yang telah direbusnya itu masih berhutang dari toke ikan yang sudi meminjamkannya terlebih dahulu. Setiap pengambilan bahan baku ikan yang akan direbusnya, Dina Marbun dan suami selalu mengambil jatah ikan dari toke senilai Rp 400.000,-. Ikan yang masih berstatus pinjam ini lah yang kemudian mereka bersihkan dan direbus, yang kemudian dijajakan dengan cara berkeliling kampung.

Dari tiga ekor, menurut pengakuan Dina mereka hanya mengambil keuntungan sekitar Rp 1000,- bisa dibayangkan keuntungan mereka sangat kecil sekali. Jika dikondisi normal biasanya Dina Marbun dan suami mendapatkan keuntungan sekitar Rp 40.000,- per harinya. 40 ribu ini pulalah yang akan digunakannya untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagian disimpannya untuk biaya sekolah anak.

Saat ini selama Pandemi Covid19 melanda hampir diseluruh negeri ini, nilai keuntungan yang diterima Dina Marbun dan suami sangat turun drastis. Mereka hanya mampu mengumpulkan Rp 20.000,- per hari nya. Ini tentu saja tidak cukup untuk membantu perekonomian keluarga. Mereka harus mengutang lagi kesana kemari terutama kepada tetangga dan keluarga terdekat. Belum lagi ikan yang dipinjam harus dipulangkan modalnya sebesar Rp 400.000,- setiap hari.

Sangat ironis sekali yang dihadapi oleh ibu Dina Marbun dan keluarga, penghasilan yang tidak seberapa dengan beban hidup yang tak terhingga. Untuk itulah, Aksi Cepat Tanggap melalui program pemberdayaan para kaum Ibu yang diberi nama Sahabat Usaha Mikro Indonesia ( UMI ), harapannya program ini dapat meringankan sedikitnya beban para kaum ibu yang saat ini menjadi mahkluk paling kreatif dimasa pandemi Covid19.

Banyak saat ini para kaum Ibu, yang menjadi tulang punggung keluarga sejak para ayah terdampak oleh WFH (Work From Home) dan bahkan ada yang di PHK. Dengan keahlian dan bakat yang dimiliki para ibu, sedikitnya para ibu dapat membuat dapur dirumah masih tetap ‘berasap’ walau pun dengan ala kadarnya.

Banyak para ibu saat ini mengambil peran para Ayah, ada yang menjadi Ojek Online, ada yang menjadi Loper Koran, dan banyak yang membuat industri rumah tangga kecil-kecilan seperti berjualan pecal, rujak, mie, dan gorengan. Tentunya kesemuanya tetap membutuhkan modal dan pendampingan. Untuk itu lah ACT menghadirkan program Sahabat UMI, yang dapat membantu dan meringankan peran kaum Ibu sebagai Pejuang Nafkah bagi keluarganya.