LANGKAT-Bukan "Akrobat"ala dusun IV desa Timbang Jaya kecamatan Bahorok, namun sudah selayaknya jalan yang membentang sungai ini mendapat perhatian serius dari pemkab Langkat.

Informasi dihimpun Minggu, (5/7/2020) jembatan gantung Batu Mandi /kolam Daulat dibangun pasca bencana banjir bandang Bukit Lawang 2003 silam.

Samin Pelawi mantan kades Timbang Jaya menjelaskan sebelum bandang, telah dibangun jembatan darurat sebagai akses transportasi ke daerah seberang.

"Awalya difungsikan mengangkut hasil bumi masyarakat, seperti karet serta lainnya pada masa itu," kenang Samin.

"Belum ada akses lain kala itu sehingga Sei Bahorok menjadi pemisah," ujarnya. Dulunya daerah seberang cukup padat hunian perkampungan Batu Mandi, Namo Samsah serta lainnya.

Minimnya akses, tanpa jaringan PLN sehingga warga memilih pindah dan bermukim di seputaran Gotong Royong dan Bukit Lawang.

Seiring perkembangan, Icon wisata gua didaerah seberang kerap dikunjungi wisatawan domestic dan manca negara.

"Sehingga beberapa pengusaha serta Alm Suang Sitepu sepakat membangun jembatan gantung secara swadaya," imbuh Samin.

Senada diuraikan Syah Daulat Purba, salah seorang pelopor wisata daerah itu, pasca bencana nasional (bandang-red) akses ke daerah seberang terputus total.

Kepedulian beberapa pihak seperti Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) , NJO dan Regina sepakat membantu dengan membangun kembali jembatan itu.

"Benar, kala itu turut peletakan batu pertama dihadiri istri ALm gubsu T Rizal Nurdin," pungkas Daulat. Bersamaan itu dibangun juga jembatan gantung Pulau Pisang desa Timbang Lawan," imbuh Daulat mengenang.

Setelah selesai pembangunan kedua jembatan gantung dimaksud maka daerah seberang bisa dilalui kenderaan roda dua sebagai sarana transportasi.

Khusus jembatan gantung Batu Mandi/kolam Daulat, meski telah direhab desa Timbang Jaya 2018 bersumber dari Dana Desa.

Namun seiring pesatnya pertumbuhan wisata sudah layak dibangun jembatan permanen. Kondisi terkini hanya bisa dilalui sepeda motor, pasalnya volume kurang mendukung. "Bayangkan selain mengayun/goyang saat dilintasi lebar jembatan hanya kisaran 1,2 M dengan panjang 70 M. Jika tidak biasa meluitas, tidak jarang warga pucat dan menjerit dan berhenti ditengah akibat tergoncang," kata Daulat.

Sementara informasi lain menyebutkan didaerah dimaksud selain wisata gua telah dibuka pemandian alam Landak River Sei Landak. "Lokasinya cukup Asri dan alami, nyaman bagi anak-anak dan keluarga. Tahun 2011 telah dibuka akses di daerah seberang dikenal jalur Bukit Lawang -Batu Katak (Bulang Bakat) 16 KM," tambahnya.

Progran TNI Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) di masa itu. Namun sayangnya pembangunan lanjutan jalan dimaksud belum terealisasi hingga kini . Akibatnya jalan yang telah dibuka kini telah semak kembali.

Sayangnya kepala desa Timbang Jaya, Eriadi SE ketika hendak dikonfirmasi terkait sejauh mana usulan desa ke pemkab Langkat tidak berhasil. Meski nada ponselnya aktif namun hingga berita ini dikirim ke redaksi belum mengangkat.

"Namun demikian masyarakat kawasan iru berharap pemerintah agar membangun jembatan permanen sehingga dua kawasan wisata Bukit Lawang dan Batu Katak terhubung. Semoga saja," harapnya.