MEDAN-Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (KPw BI Sumut), Wiwiek Sisto Widayat menuturkan bahwa perekonomian Sumatera Utara (Sumut) triwulan II diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Sebelumnya, tercatat Sumut pada triwulan I 2020 tercatat 4,65% (yoy), jauh di atas nasional dan Sumatera yang masing-masing tercatat 2,97% (yoy) dan 3,25% (yoy).

"Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sumut tertinggi ke-2 setelah Sumsel (4,98%, yoy). Di era pandemi, realisasi ini masih cukup baik meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,21%,yoy), sesuai pola historis di awal tahun. Masih baiknya perekonomian Sumut diindikasi karena dampak Covid-19 belum menjalar ke level regional dimana kasus pertama di Indonesia baru dirasakan pada awal Maret 2020," ujarnya di sela acara Bincang Bareng Media, Selasa (7/7/2020).

Ia menyebutkan, dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut ditopang oleh akselerasi konsumsi. Sedangkan dari sisi penawaran ditopang oleh LU pertanian.

"Sementara, untuk sektor pariwisata, dampak Covid-19 terhadap sektor ini terkonfirmasi oleh penurunan indikator Tingkat Penghunian Kamar, Kunjungan Wisman, dan Jumlah Penumpang Angkutan Udara. Untuk sektor perdagangan dan real estate, indikasi perlambatan tertangkap oleh penurunan Indeks dari Survei Konsumen dan perlambatan penyaluran KPR dan KKB," terangnya.

Ia mengatakan, perlambatan pada sektor industri terkonfirmasi oleh penurunan kegiatan ekspor impor. Kegiatan ekspor impor pada triwulan II 2020 (sampai dengan Mei 2020) telah mengalami perlambatan terutama secara nilai.

"Perlambatan ekspor terjadi pada hampir seluruh negara mitra dagang utama dan untuk seluruh komoditas utama. Sejalan dengan hal tersebut, impor untuk semua jenis kelompok barang juga mengalami perlambatan. Penurunan ekspor impor pada triwulan berjalan dipengaruhi oleh penurunan harga CPO dan karet di pasar internasional serta penurunan kinerja industri hilir di negara tujuan akibat pembatasan sosial yang terkonfirmasi oleh PMI Manufacturing yang turun drastis pada triwulan II 2020," tandasnya.

Disebutkannya, melihat perkembangan terkini, proyeksi ekonomi Sumut dengan asumsi sedang yang sebelumnya pada range 4,3 hingga 4,7% (yoy) menjadi kurang relevan. Ekonomi Sumut diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

"Dalam skenario sangat berat (2), pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran -0,4% hingga 0% (yoy) dengan asumsi penurunan PDB Dunia dan harga komoditas yang jauh lebih dalam dari sebelumnya. Seluruh komponen permintaan diprediksi bias ke bawah sementara komponen LU utama akan melambat, terutama perdagangan dan pariwisata," pungkasnya.*