MEDAN-Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastruktur adalah salah satu faktor yang membuat objek wisata Sumatera Utara (Sumut) menjadi kurang menarik. Hal ini dikatakan Konsultan Pengembangan dan Pembangunan Sumut Dr Ir Budi D Sinulingga MSi dalam paparan webinar di Universitas Imelda Medan (UIM) yang bertajuk 'Pariwisata Sumut Untuk Dunia: Kompetensi dan Karakter SDM Pariwisata untuk Pengembangan Kurikulum Prodi S1 Pariwisata UIM.

“Bahwa SDM dan Infrastruktur ini sangat berperan penting untuk pengelolaan pariwisata, bagaimana melayani wisatawan dan paling penting merubah mindset dari masyarakat, termasuk pedagang dan lainnya. Karena bicara pariwisata, tidak hanya sekedar keindahan alam,” katanya, baru-baru ini.

Di samping itu, kata Budi, sumber daya manusia bukan hanya untuk melayani wisatawan saja tapi juga merubah mindset masyarakat. Untuk itu rasanya perlu ada SDM khusus pariwisata, karena kalau hanya volunteer tidak akan efektif.

“Jadi perlu ada PNS Pariwisata yang diangkat oleh pemerintah sehingga mereka dapat bertugas membaur kepada masyarakat sekitar tempat pariwisata untuk merubah mindsetnya. Dan kalau belum diangkat menjadi PNS mereka juga bisa bekerja di bawah naungan kepala desa yang memang punya dana desa, karenakan dana desa itu anggarannya cukup besar,” pintanya.

Sedangkan cara meningkatkan pariwisata di tengah pandemi Covid-19 ini, Budi mengatakan harus menerapkan protokol kesehatan yang telah diberlakukan. "Nantinya Gubernur akan menyampaikannya standar protokol kesehatan tersebut kepada kepala daerah untuk disesuaikan. Yang jelas, tanpa standar protokol kesehatan tentu akan sulit. Karena pastinya wisatawan sangat memerlukan keamanan bagi dirinya dan keluarga saat berwisata,” terangnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Imelda Medan, Dr dr Imelda Liana Ritonga SKp MPd MN mengatakan jika Prodi Pariwisata ini memang masuk kepada Strata 1 (S1) tapi juga di sisi lain masuk ke ranah vokasional, yang artinya harus mampu memiliki keterampilan, sikap yang baik, serta kemampuan untuk mengenal apapun kebutuhan dari pasar. Jadi tidak hanya sekedar teori semata.

“Maka dari itu, kami harus mengundang praktisi, pengambil kebijakan, dan terkait Covid-19 ini kami juga ingin mengetahui bagaimana nasib lulusan kampus ini nantinya, apakah terdampak atau tidak. Setelah mendapatkan banyak informasi dari narasumber ternyata sudah ada pariwisata virtual untuk menjawab kondisi Covid-19 ini. Maka, pariwisata memang sudah harus didukung dengan digitalisasi, dan dengan kondisi seperti ini maka digitalisasi tersebut harus ditingkatkan lagi,” tutupnya.*