JAKARTA - Mayjen TNI Dudung Abdurachman ternyata pernah ditabok tentara berpangkat Mayor. Tapi, peristiwa itu terjadi saat Dudung belum jadi anggota TNI. Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang kini menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer merupakan alumni Akademi Militer tahun 1988.

Dikutip dari Merdeka.com yang melansir channel Youtube KOMPAS TV, Mayjen Dudung menceritakan, kehidupan keluarganya sangat susah setelah ayahnya meninggal, saat ia masih duduk di kelas 2 SMP.

''Benar, jadi pada tahun 1981, saya pas kelas 2 SMP, bapak saya itu meninggal karena penyakit liver, jadi bapak saya memang hanya kerja sebagai PNS di Bekangdam III Siliwangi. Anaknya ada delapan. Bayangkan seorang PNS anaknya delapan,'' kata Mayjen Dudung.

Untuk menafkahi keluarga, ibunya berjualan kue, kerupuk dan terasi. Kala itu, Dudung juga membantu ibunya dengan mencari kayu bakar.

''Kemudian begitu lah kehidupan ekonomi kami. Sehingga pada saat SMP itu, setelah bapak enggak ada, ya ibu berjualan kue. Berjualan kue, berjualan kerupuk masih mentah, kemudian terasi, kemudian saya harus mencari kayu bakar di sekitar dekat rumah. Karena masak pun kita pakai kayu bakar,'' sambungnya.

Selain itu, Dudung juga membantu sang ibu berjualan keliling asrama.

''Saya keliling ke asrama. Di asrama itu memang banyak perumahan-perumahan itu, saya keliling ke rumah-rumah, jual jualan itu. Sampai saya lulus SMP, saya masuk SMA, kebetulan ke SMA negeri saya tes lulus tapi diantar oleh ibu,'' jelasnya.

Kala itu, Dudung juga sempat menjadi loper koran. Setiap harinya ia pergi ke Cikapundung untuk mengambil koran dan mengantarnya ke pelanggan.

''Saya bilang ke ibu, kalau bisa sekolahnya yang SMA yang siang, karena sebetulnya diterima yang pagi,'' kata Mayjen Dudung.

''Kenapa? Karena saya pengen siangnya itu ada waktu, paginya saya ngantar koran dulu. Jadi saya ikut nganter koran waktu itu, yang punya koran itu Pak Mulyono, jadi saya ikut. Jam setengah empat pagi saya udah ke Cikapundung ngambil koran, kemudian saya antar koran,'' lanjutnya.

Saat menjadi loper koran, Dudung juga kerap membaca koran-koran tersebut karena banyak informasi menarik dan menambah wawasan.

''Tapi sebelum saya antar koran ke pelanggan, saya baca dulu koran-koran itu. Setelah saya baca, tau perkembangan situasi dan segala macam isi koran itu,'' ujar Mayjen Dudung.

Saat menjadi loper koran, ada pengalaman yang selalu diingat oleh Mayjen Dudung. Ia pernah ditabok oleh tentara berpangkat Mayor lantaran koran yang ia bawa sempat jatuh dan kotor.

''Kemudian saya berangkat pakai sepeda, sepeda pun saya pakai sepeda ontel yang sudah tidak ada pedalnya, remnya pakai sandal capit yang bekas itu kemudian saya antar, ada koran saat itu saya terlambat sampai ditabok, ada Mayor Kavaleri karena koran itu jatuh, kemudian agak kotor, pas saya kasihkan malah ditabok. Ya itu pengalaman,'' kenang Dudung.***