LABUHANBATU -  Kapolres Labuhanbatu, AKBP Agus Darojat mengapresiasi kepada salah seorang personelnya Aiptu H. Solihin yang berhasil menambah penghasilan di saat wabah virus corona (covid-19), dengan cara beternak lalat BSF (Black Soldier Fly), Kamis (28/5/2020) pagi. Bersama para PJU (pejabat utama), Waka Polres Kompol Muhd Taufik, Kabag Ops Kompol Marluddin, Kabag Sumda Kompol H. Matondang, Kasat Binmas AKP Khairul Saleh, para Kasat, para perwira dan sejumlah personel, Kapolres juga turut turun langsung ke lokasi tempat Aiptu Solihin beternak lalat BSF dan maggot.

Dihadapan Kapolres beserta rombongan, Aiptu Solihin menyampaikan, lalat BSF (Black Soldier Fly) adalah jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Sedangkan Maggot BSF adalah bentuk dari siklus pertama (larva) Black Soldier Fly yang nantinya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa.

"Fase metamorfosa maggot BSF ini dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan lalat dewasa semuanya memakan waktu 40 sampai 45 hari saja.
Tidak seperti lalat yang biasa kita temui, jenis lalat yang bernama latin Hermetia Illucens ini memiliki banyak keuntungan dan manfaat bagi manusia," ujar Solihin.

Dia juga menjelaskan, selama masa hidupnya maggot BSF hanya mengonsumsi makanan organik (buah yang tidak layak makan/sisa/busuk yang bisa didapatkan dari pedagang buah) di sekitar lingkungan secara gratis.

Bersama dua putranya, Aiptu Solihin setiap harinya merawat budidaya lalat super ini guna menambah penghasilan keluarga.

"Satu ekor betina BSF dapat menghasilkan sekitar 600 telur, maka hanya dibutuhkan sekitar 20 ekor lalat super betina untuk menghasilkan 10 ribu larva/maggot BSF untuk, larva BSF juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak," ujar solihin.

"Sejumlah 15 ribu larva Black Fly Soldier dapat menghabiskan sekitar 2 kg makanan dan limbah organik hanya dalam waktu 24 jam saja," tambah Solihin.

Solihin mengaku, setiap 3 hari sekali telur lalat dapat dipanen, 1 gram telur lalat dihargai RP 10.000. Per 3 hari bisa menghasilkan 100 gram bahkan 200 gram. Artinya dalam satu bulan bisa 10 kali panen.

Selain telur lalat, Aiptu Solihin juga memperoleh penghasilan dari hasil panen maggot (ulat) dan dijual dengan harga sebesar Rp8 ribu/kg, sedangkan pupa dijual Rp80 ribu/kg.

"Penjualan telur, larva, prepupa dan pupa, dilakukan dengan menggunakan jejaring sosial maupun langsung di lokasi, hingga ke provinsi tetangga seperti Riau dan Aceh. Itulah mengapa budidaya lalat/maggot BSF saya lakukan, karena sangat menguntungkan, cara pemeliharaannya sangat mudah dan modal yang sangat sedikit namun hasilnya sungguh luar biasa," terang Solihin lagi.

Aiptu Solihin berharap rekan rekan sesama Polri maupun masyarakat yang ingin menambah penghasilan bagi keluarga dapat melakukan hal yang sama yakni berternak lalat.

Ia juga bersedia berbagi ilmu dan memberikan waktu bagi siapa saja yang ingin bertanya seputar budidaya lalat super ini.