NGADIMAN bukan nama sebenarnya, adalah seorang karyawan lepas di restoran ternama ibukota.

Baginya, Idul Fitri tahun ini (2020) adalah perayaan lebaran paling suram yang pernah ia alami sepanjang hidupnya. Selain tak bisa mudik/pulang kampung, Ngadiman juga terancam kehilangan pekerjaan.

Pasalnya, pandemi Corona yang mewabah seluruh dunia, berdampak juga ke tempat ia bertahun-tahun menggantungkan nasib hidupnya. Pasca Pemprov DKI mengumumkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), perusahaan kuliner yang selama ini ramai dan mempekerjakan puluhan orang itu, harus tutup demi patuh pada aturan.

"Jauh sebelum ramadan restoran kami tutup. Hanya karyawan tetap yang sesekali datang untuk melayani pesanan online. Tapi bagi kami yang berstatus karyawan lepas, harus menerima kenyataan untuk dirumahkan," ujar Ngadiman sambil sesekali menghela nafas panjang.

ia mengenang saat-saat bulan Ramadan sebelum Pandemi Corona. Bukan hanya bonus yang melimpah, THR yang bertambah, tapi pundi-pundi rupiah bisa ia kumpulkan dari tips konsumen. Saat itu kata dia, restoran yang dikenal dengan nama "Pulau Dua" itu, selalu padat, apalagi saat waktu berbuka puasa. Dari mulai pejabat, lembaga negara, LSM, perusahaan bahkan wartawan, sering menggelar acara buka bersama di sana.

Tak sedikit para penjabat dan pengusaha memberikan THR tambahan buat para pekerja di restoran itu. "Tapi kini, apalah daya, kabar dari 'Pulau Dua tak ada. Jiwa pun meronta melihat banyak promo di Lazada," ujar Ngadiman bak seorang sastrawan yang sedang manggung membaca puisi.

Ngadiman bukan satu-satunya orang yang mengalami kesusahan akibat Corona. Penerapan PSBB sudah membuat ratusan orang kehilangan pekerjaan. Bahkan jutaan orang sudah di-PHK dan dirumahkan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, persentase penduduk miskin DKI Jakarta pada Maret 2019 adalah 3,47 persen atau sebesar 365,55 ribu orang. Saat ini pemerintah DKI Jakarta melakukan pilot project di beberapa wilayah dengan mengutamakan program KJP, kesehatan, dan pendidikan yang ditargetkan dapat mengurangi kemiskinan.

Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam situasi yang sangat berat, akan terjadi peningkatan jumlah angka kemiskinan hingga 3,78 juta orang.

Bendahara negara itu pun menjelaskan, di dalam skenario perekonomian akibat pandemi virus corona yang telah disusun pemerintah, pertumbuhan ekonomi yang tadinya ditargetkan tumbuh di kisaran 5,3 persen tahun ini diproyeksi hanya akan tumbuh ke 2,3 persen.

Bahkan bila pandemi ini tidak segera diatasi, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 akan tumbuh negatif 0,4 persen.

"Untuk PDB saat ini kita estimasi dalam kondisi berat dan sangat berat. Baseline kita di 5,3 persen akan turun di 2,3 persen, bahkan jika situasi sangat berat mungkin juga menurun sampai negatif growth 0,4 persen," jelas Sri Mulyani usai Sidang Kabinet Paripurna dalam video conference, Selasa (14/4/2020).

Lebih lanjut, perempuan yang kerap disapa Ani itu menjelaskan tertekannya kondisi perekonomian tersebut bakal turut memberikan dampak sosial.

Angka kemiskinan, menurut dia akan meningkat hingga 1,1 juta orang untuk skenario berat. Sementara untuk skenario yang lebih berat, tambahan angka kemiskinan akan sebanyak 3,78 juta orang.

"Angka kemiskinan kita bisa naik dengan tambahan 1,1 juta orang atau skenario lebih berat kita akan menghadapi tambahan kemiskinan 3,78 juta orang," ujar dia.***