JAKARTA - Mantan Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin angkat bicara soal perbaikan kompetisi sepakbola Indonesia. Bahkan, dia pemisahan PSSI dengan operator PT Liga Indonesia Baru (LIB) merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kompetisi yang bertujuan menghasilkan pemain berkualitas untuk memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia.

"Pemisahan PSSI dengan PT LIB  memang merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kompetisi. Tetapi, kan masih ada cara lainnya," kata Djohar Arifin yang dihubungi melalui Whatsappp, Jumat (8/5/2020). 

Mengingat ada beberapa cara untuk memperbaiki kompetisi, kata anggota Komisi X DPR-RI ini mengusulkan adanya diskusi terbuka untuk mencari yang terbaik. "Perlu ada diskusi yang melibatkan berbagai pihak untuk memutuskan cara terbaik memperbaiki kompetisi. Dan, saya siap untuk memberikan masukan dalam diskusi tersebut," katanya. 

Ketika didesak sebaiknya pengurus PSSI tidak rangkap jabatan dan melepas saham terbesarnya di PT LIB untuk memperbaiki kompetisi dan membuka operator lain ikut bersaing, Djohar Arifin Husein yang akrab dipanggil Bang Djohar menjawab, "Saya belum bisa menjawabnya. Yang, pasti kita juga harus mengambil contoh dari federasi sepakbola negara lain yang cukup bagus dalam mengelola kompetisi." 

Sebelumnya, mantan Sekjen Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Hifni Hasan mengatakan prestasi sepakbola Timnas Indonesia terhambat akibat adanya rangkap jabatan pengurus PSSI sebagai pengelola dan PSSI sebagai pemegang saham.Padahal, PT LIB Itu bukanlah PSSI. 

"Perlu dipahami bahwa PT LIB sebagai operator kompetisi itu adalah badan usaha yang diatur dalam Undang Undang Badan Usaha sedangkan PSSI adalah lembaga yang membina dan mengatur serta menjalankan program pembinaan sepakbola Indonesia sesuai dengan statuta FIFA. Jadi, PSSI harus dipisah dengan PT LIB," jelasnya.    

Bahkan Hifni meminta Ketua Umum PSS, Mochamad Iriawan yang akrab dipanggil Iwan Bule perlu melakukan revolusi PSSI sehingga tradisi rangkap jabatan yang dilakukan pengurus PSSI terdahulu tak perlu diulangi. 

"Iwan Bule harusnya berani mengulimatum pengurus PSSI dan Exco untuk menjatuhkan pilihan mau jadi direksi PT LIB atau tetap berada di jajaran PSSI. Kalau ini terjadi berarti beliau sudah membuat PSSI lebih profesional dan transparan," jelasnya.

Dengan adanya ultimatum itu, kata Hifni,  PT LIB bisa menjalankan usaha sebagai operator Liga 1 dan 2 secara profesional, mandiri dan independen. "Selama ini klub peserta kompetisi tidak bisa menuntut subsidi dana dari PT LIB tetap waktu karena keberadadan pengurus PSSI di dalam PT LIB. Bahkan, klub hanya bisa pasrah subisidi tidak turun meski kompetisi sudah  berakhir apalagi jika operator mengalami kerugian. Padahal, PT LIB itu adalah perusahaan yang diwajibkan memberikan keuntungan finansial bagi PSSI," tandasnya.

Yang patut dicatat lagi, kata Hifni, tidak adanya rangkap jabatan itu semakin lengkap saja tatkala PSSI melepas saham terbesar di PT LIB. "Pelepasan saham PSSI ini bukan hanya membuka peluang bagi operator lain untuk bisa bersaing mendapatkan hak memutar kompetisi tetapi menghapus hak monopoli yang selama ini terjadi. Dengan terciptanya kompetisi antar operator itu akan memperbesar PSSI untuk mendapatkan dana dalam menjalankan roda kompetisi dan pembinaan sepakbola Indonesia," ungkapnya. ***