JAKARTA-Sejak wabah pandemi Covid-19 banyak sektor mengalami perubahan yang signifikan. Tidak hanya para pekerja harian di sektor informal saja yang sangat terdampak wabah Covid-19 secara perekonomian, para pendidik dengan status honorer pun turut merasakannya.

Banyak para guru yang harus terpaksa dirumahkan atau mengalami penurunan pendapatan, beralih profesi menjadi tukang parkir, pemulung, dan lain-lain sekadar menyambung hidup. Hal ini menjadi catatan tersendiri di bulan pendidikan. Setelah adanya imbauan untuk tidak berkegiatan di luar rumah, mayoritas sekolah-sekolah diliburkan. Penyaluran bantuan operasional sekolah pun turut terhambat. Alhasil, para guru honorer yang biasanya mendapatkan tunjangan dari dana ini pun otomatis tidak mendapatkan haknya. Terlebih, banyak dari mereka yang diupah berdasarkan dari kehadiran dalam sebulan. Salah satunya kisah Sholichudin, seorang guru yang mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Ma’mur Nikmah, Kelurahan Pekauman, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. Delapan tahun sudah ia mengabdikan dirinya menjadi guru. Tak besar gajinya, kurang dari 500 ribu rupiah per bulan.

Sejak wabah Covid-19 melanda, Sholichudin terpaksa dirumahkan. Sudah dua bulan ini ia melakukan kegiatannya dari rumah. Warung kelontong yang ia kelola pun mulai sepi pembeli. Saat ini, Sholichudin berjualan kurma untuk menambah penghasilan. Dari sanalah ia mendapatkan selisih keuntungan untuk menghidupi keluarga. Namun, menurut Sholichudin penjualan kurma yang identik dengan Ramadan kini menurun akibat pandemi.

Kepala Cabang Global Zakat - ACT Tegal Siswartono mengatakan, bantuan biaya hidup ini merupakan bentuk apresiasi kepada guru yang telah mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. “Dedikasi guru-guru yang telah mengabdikan dirinya perlu mendapatkan perhatian,” ungkapnya.

Selain di Tegal, terdapat pula kisah Arni dan Ahmad Faizal yang merupakan guru honorer di SDN 410 Akkotengeng, Sulawesi Selatan. Arni dan Faizal merupakan guru yang tinggal di Dusun Totakki, Desa Akkotengeng, Kecamatan Sajoanging, Wajo. Bertahun-tahun mereka telah mengabdi menjadi guru dalam kondisi ekonomi yang prasejahtera. Selain menjadi guru, Arni sendiri merupakan seorang ibu rumah tangga, sedangkan Faizal merupakan petani.

Dengan adanya program Sahabat Guru Indonesia dari Global Zakat - ACT, Faizal mengungkapkan rasa terima kasihnya. Ia berharap, perhatian ke guru honorer dapat terus dilakukan. “Ini merupakan semangat bagi kami untuk terus membina anak didik. Pengalaman paling tak terlupakan itu, beberapa tahun lalu sekolah ini tidak memiliki perahu. Jadi harus jalan kaki sejauh 7 kilometer untuk mengajar ke sekolah,” kenang Faizal.

Bukan hanya guru honorer saja, Global Zakat-ACT terus mengajak berbagai pihak berkolaborasi mengatasi dampak sosial ekonomi dari Covid-19. Bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Kota Bekasi, ACT mendistribusikan bantuan satu ton beras kepada mubalig, ustadz, guru mengaji, dan marbot masjid di Kota Bekasi. Tentu saja, selain bertepatan di bulan Ramadan, kondisi PSBB Covid-19, membuat kebutuhan pangan bagi para dai dan kegiatan berbasis masjid.

Serah terima bantuan yang berlangsung di Islamic Center Bekasi itu dihadiri Kepala Cabang ACT Bekasi Ishaq Maulana, jajaran pengurus MUI Kota Bekasi, dan Ketua DPRD Kota Bekasi Chairoman J. Putro. “Biasanya mereka bebas melakukan kegiatan di masjid, kegiatan belajar mengajar mengaji, saat ini mereka tidak bisa lakukan. Para mubalig yang biasa mereka berkhutbah tidak bisa lagi. Mudah-mudahan bantuan dari ACT ini bisa meringankan beban ekonomi mereka, Insyaallah ACT akan terus bersinergi dengan para ulama dan MUI Kota Bekasi,” lanjut Ishaq.

Sementara itu, Ketua MUI Kota Bekasi KH. Mi’ran Syafii mengatakan, pihaknya mewakili ulama di Kota Bekasi menyambut baik apa yang diberikan oleh ACT. Bantuan tersebut diakui sangat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya dari kalangan mubalig, ustaz, guru mengaji, dan modin masjid. Menurut Mi’ran, dampak dari Covid-19 juga menggerus ekonomi, sosial, bahkan keamanan. “Bantuan ini akan sangat membantu meringankan beban khususnya para dai, mubalig, para guru mengaji, marbut di Kota Bekasi. Nanti kita akan sampaikan kepada mereka yang benar-benar belum menerima bantuan, agar merata dan secara door to door oleh MUI Kecamatan,” papar Mi’ran Syafii.

Yuk, salurkan doa dan dukungan sedekah terbaik untuk meringankan hajat para guru honorer prasejahtera di bulan Ramadhan melalui www.indonesiadermawan.id