SAMOSIR-Dampak bencana non-alam pandemi Corona virus disease (Covid-19), kini sudah semakin mengkhawatirkan sektor perekonomian. Tidak hanya berdampak pada perusahaan-perusahaan besar, imbasnya juga turut menyentuh para pengrajin ulos secara manual di Kabupaten Samosir. Dimana, sebagian besar dari mereka sudah memasuki 3 minggu terpaksa gulung perkakas akibat pasar yang terhenti.

"Sudah hampir 3 minggu kita berhenti menenun ulos. Tidak ada pasar, harga turun drastis dan tauke tak lagi menampung," tutur salah satu pengrajin ulos karo di Desa Pardugul, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Yanti Silalahi (30), kepada GoSumut, Sabtu (2/5/2020).

Ia menyampaikan, bahan berupa benang memang masih tersedia dan mereka yang masih tetap menenun ditengah harga yang sudah sangat turun, itu akibat dorong ekonomi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. "Kalau berhenti menenun, mau makan apa. Mau tidak mau, terpaksa harus dikerjakan," jelasnya.

Ditengah kondisi seperti ini, sambungnya, mereka berharap ada solusi melalui dana desa (DD) untuk menampung ulos hasil tenunan warga. "Kalau boleh kita berharap, untuk sementara ini, biarlah desa yang menampung ulos kami dengan menggunakan dana desa. Nanti kalau situasi sudah pulih, biarlah desa yang memasarkannya," tutupnya.

Senada, warga Desa Lumban Suhi-suhi Toruan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, L Sinabutar (53), pengrajin ulos dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATMB) juga mengutarakan hal yang sama. Sejak wabah Covid-19 datang, mereka terpaksa berhenti bekerja, karena tauke tidak lagi menerima hasil tenunan warga.

"Kami juga terpaksa berhenti bekerja. Tauke tidak lagi menampung hasil tenunan karena pasar tutup. Kalaupun bekerja, itu hanya terpaksa saja demi kebutuhan sehari-hari. Harga jatuh," paparnya.

Sambungnya, ditengah krisis pandemi Covid-19 ini, selain bantuan sosial berupa sembako, diharapkan ada solusi dari Pemerintah Kabupaten dan desa, agar mereka bisa tetap bekerja.

"Kita berharap, bisa terus bekerja dan hasilnya ada yang menampung selain tauke. Mungkin dengan memutar uang yang ada di kas desa yang bersumber dari pusat, yaitu dana desa atau APBD Kabupaten," ujarnya.

Pantauan GoSumut, walau masyarakat Kabupaten Samosir masih mayoritas petani dan nelayan ikan, tetapi tidak sedikit pula dari warga yang selama ini hidup menggantungkan diri sebagai pengrajin ulos. Namun ditengah pandemi Corona tahun ini, sebagian besar pengrajin ulos sudah berhenti dari rutinitas mereka. Sudah banyak yang membutuhkan bantuan dan berharap secepatnya ada solusi dari Pemerintah untuk meringankan beban mereka.