SURABAYA - Ikhlas berarti tanpa pamrih. Apa yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Bahkan menurut kaum sufi, ikhlas identik dengan cinta. Ketika beribadah bukan karena mengharapkan pahala atau takut dosa sehinggan dapat Surga dan selamat dari Neraka. Namun ibadahnya semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam Berkah Ramadan Episode ke 9, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Matalitti mengatakan, puasa adalah merupakan ibadah wajib yang melatih umat islam untuk bersabar dan ikhlas. Maka, umat islam yang menajalankan ibadah puasa, adalah bagian dari training yang efektif untuk melatih keikhlasan.

"Puasa adalah ibadah yang langsung dinilai oleh Allah. Ucapan yang baik akan melahirkan pikiran positif, dan pikiran positif lahir dari keikhlasan dan kesabaran, mari kita semua tebar kebaikan," ujarnya.

Untuk diketahui, sejumlah ulama telah bersepakat, bahwa Ibadah kepada Allah rentan ternodai oleh rasa pamer (riya’), sehingga ketidak ikhlasan itu tak akan bernilai apapun di mata Allah SWT.

Seperti solat dengan suara bacaan keras agar dilihat dan dinilai oleh orang lain, juga saat menjadi imam dipanjangkan agar makmum memujinya, padahal saat solat sendiri (munfarid) sangat cepat. Maka solatnya hanya menggugurkan kewajiban saja tanpa memberi manfaat yang dampak untuk mengontrol dari berbuat munkar dan keji.

Mengeluarkan zakat dan bersadekah dengan cara mengundang orang-orang miskin antri di rumahnya agar dikagumi oleh banyak orang, atau sengaja memberi sumbangan untuk menarik dukungan agar terpilih sebagai pimpinan maka zakat dan sadekah tidak bernilai pahala sedikitpun.

Demikian juga orang yang menunaikan ibadah haji yang tujuannya untuk mendapat gelar “Pak Haji”, semata karena ingin tahu tanah suci dan kebanggaan diri maka  hajinya tidak bernilai sedikitpun di mata Allah SWT.

Ibadah puasa lebih terlindungi dari noda pamer dan bangga-banggan dengan ibadah. Inilah momentum kita semua untuk belajar ikhlas tanpa riya. ***