JAKARTA - Koordinator Satgas Covid-19 DPR, Sufmi Dasco Ahmad, angkat bicara terkait impor jamu dari China yang dipersoalkan Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia. "Mereka protes, karena tidak tahu duduk perkaranya, setelah kita jelaskan mereka baru paham," ujarnya saat dikonfirmasi GoNews.co, Senin (27/4/2020).

Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia kata Dasco, berfikir bahwa Satgas Covid-19 impor bulet-bulet jamu dari China, padahal kata dia, dari 15 item, hanya dua yang di impor.

"Itupun kita bagikan gratis ke masyarakat, kami tidak jualan. Kemudian jamu itu kita racik sendiri tidak bahan jadi dari sana," tukasnya.

Hal yang sama juga dijelaskan Anggota Komisi IV DPR Andre Rosiade, sama dengan keterangan Dasco, Ia mengatakan, bahwa jamu yang diimpor memiliki 15 kandungan yang 13 bahan bakunya dari lokal dan 2 harus diimpor dari China.
Adapun jamu tersebut diracik di dalam negeri oleh dokter TCM yang punya izin dari Kementerian Kesehatan.

"Kenapa Satgas lawan covid DPR-RI rekomendasi itu karena herbal Vit teruji bisa menyembuhkan. Salah satu pimpinan DPR bersama 6 anggota keluarga terpapar Corona, setelah minum itu herbal Vit-19 sembuh," paparnya.

Andre melanjutkan jamu tersebut bukan untuk dikomersiilkan melainkan untuk membantu masyarakat. "Ini adalah aksi spontan tanpa menggunakan APBN dan meringankan beban bukan untuk mengganggu industri lokal," kata Andre.

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia. keberatan dengan kegiatan importasi yang dilakukan Satgas lawan covid DPR-RI. Pasalnya kegiatan impor ini tidak diketahui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan industri jamu dalam negeri.

Ketua Umum GP Jamu, Dwi Ranny Pertiwi menjelaskan satgas DPR-RI impor jamu secara besar-besaran untuk dibagikan ke rumah sakit rujukan corona tanpa koordinasi ke BPOM. "Saya keberatan dengan hal ini karena Indonesia pun bisa membuat formula yang terkandung di dalam jamu impor tersebut. Itu yang membuat saya keberatan," jelasnya dalam RDPU Virtual, Senin (27/4).

Ranny menyatakan ini bukan soal materi, melainkan penghargaan untuk jamu Indonesia. Ranny mempertanyakan kenapa mengimpor jamu dalam jumlah besar tetapi BPOM tidak diajak bicara soal donasi obat sebanyak itu.

Inggrid Tania, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) menjelaskan sejauh ini produk jamu memang secara klinis belum diuji untuk Corona karena belum ada kesempatan untuk dipakai pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan.

"Jadi data-data yang dimiliki saat ini hanya testimoni saja. Tapi sejauh ini kami bersama LIPI, UGM, dan Kalbe Farma berencana melakukan uji klinis beberapa jamu untuk diuji coba dengan Covid-19," kata Inggrid.

Merespon importasi jamu yang dilakukan Satgas DPR-RI ini ada tiga obat yang diimpor. Salah satu obat yang diberikan ke RS rujukan Covid-19 tidak ada komposisinya sehingga dokter kebingungan apa isi dari obat tersebut. Adapun dari tiga obat tersebut hanya dua yang memiliki izin edar.

Setelah Inggrid mengkaji dari berbagai jurnal dari China, ternyata jamu yang didonasikan ke RS rujukan adalah jamu masuk angin. Dalam hal ini dapat mengatasi seseorang yang mengalami keluhan meriang, kembung, dan lainnya.
"Kalo saya lihat jamu Indonesia masuk anginnya banyak, kenapa harus pake ini," kata Inggrid.***