TOBASA-Dalam rangka memeriahkan hari jadi ke 21 tahun 2020 Kabupaten Toba serta peresmian perubahan nama Kabupaten Toba Samosir menjadi Kabupaten Toba, acara puncak perayaan dimeriahkan dengan penampilan Tor-Tor Budaya Batak Sipitu Sawan (Tortor 7 Sawan) berikut Permaianan Martumba.

Tortor Sipitu Sawan (7 Sawan) ini ditampilkan oleh 57 perempuan siswi dari SMA Swasta BTB ( Bintang Timur Balige) yang tergabung dalam sanggar seni Omnia Bonabosis SMA Swasta BTB (Bintang Timur Balige) Kabupaten Toba dengan Kepala Sekolahnya Frather.Theodorus D.Hera, CMM, S.Pd.

Diketahui, Tor - Tor Sipitu Sawan (7 Sawan) ini adalah seni tari Tor Tor budaya Batak Toba yang memiliki nilai keunikan dan kesakralan tersendiri dalam seni tari Tor Tor kebudayaan Batak yang lainnya.

Dikisahkan, Tor Tor Sawan menurut legendanya masyarakat Batak Toba,berasal dari seorang Raja Batak sesuai dengan Tarombo (silsilah Keturunan) dari keturunan Guru Tatea Bulan. Didalam mimpinya Raja melihat Gunung Pusuk Buhit akan mengalami keruntuhan. Tersadar dengan mimpinya, sang Raja memanggil Panglimanya berikut Raja Parbinoto (ahli peramal) untuk menafsirkan akan arti dari mimpinya itu.

Berdasarkan ramalan oleh Panglimanya dan Raja Parbinoto (ahli peramal) yang diundangnya mimpi sang Raja adalah sebuah petunjuk peringatan bahwa akan terjadi hal buruk yang akan menimpa kerajaannya (Tanah Batak) dan akan ada bencana dahsyat yang akan menyengsarakan masyarakatnya.

Untuk mengatasinya oleh Panglima dan Raja Parbinoto (Ahli Peramal) meberikan saran dan petuah kepada Raja untuk mengantisipasi hal tersebut sangat perlu dibuat sebuah acara ritual doa khusus degan penyampaian persembahan suci kepada sang Mula Jadi Nabolon (Allah sang Pencipta) dengan ritual Tortor Sipitu Sawan.

Oleh perintah sang Raja maka diadakanlah ritual khusus yang suci untuk menangkal hal hal buruk yang diprediksi akan terjadi di kemudian hari, dengan ritual membawa Sawan Putih (Mangkok Putih) yang dijunjung diatas kepala berisikan Air Bersih/putih yang disucikan (Aek natio,bahasa Batak,red), Buah Jeruk Purut (Anggir Parbue Nahussus, bahasa Batak,red) berikut Daun Kemangi (Bane Bane,Bahasa Batak,red) yang ditortorkan oleh para wanita dengan berkeliling serta dengan gerakan gerakan tertentu yang di iringi alunan suara Gondang Sada Bangunan, bahasa Batak,red (satu perangkat Alat musik Gondang Batak).

Pada Zaman itu hingga saat sekarang Tor Tor Sipitu Sawan (7 sawan) ini dianggap sangat sakral. Sesuai dengan keberadaannya Tor Tor Sipitu Sawan ( 7 Sawan) dilaksanakan di awal permulaan sebuah acara ataupun di acara Ritual khusus adat Batak yang bertautan dengan acara acara sakral guna untuk pensucian diri dan lingkungan sekitar serta semua penghuninya.

Tor tor ini dilaksanakan bertujuan untuk memberkati dan mengusir roh jahat serta pengaruh pengaruh negatif lainnya yang di yakini akan menganggu dan merusak ataupun mengotori Raja dan wilayah kekuasaan kerajaannya.

Tor Tor Sipitu Sawan (7 Sawan) ini juga ditampilkan khusus dihadapan para Raja Raja, Presiden, Gubernur, Bupati dan orang orangntertentu yang memiliki kuasa dan kekuasaan di dalam 1 negara atau wilayah tertentu untuk menyambut dan memberkatinya.

"Diera saat ini diera kemajuan tehnologi yang semakin canghih dan modern serta pengembangan pelestarian Budaya dan Pariwisata Tortor 7 sawan ini sudah mulai ditampilkan pada beberapa acara tertentu untuk lebih memperkenalkannya serta melestarikannya untuk semakin dikenal dan disukai publik dalam penampilannya," ucap sang mentor Tortor sanggar Seni Dra.Desliana Manurung Omnia Bonabosis SMA Swasta BTB (Bintang Timur Balige).

Penampilan Tortor Sipitu Sawan (Tortor 7 Sawan) yang ditampilkan oleh sanggar seni Omnia Bonabosis SMA Swasta BTB (Bintang Timur Balige) binaan Dra.Desliana Manurung dengan Kepala Sekolahnya Frather.Theodorus D.Hera, CMM, S.Pd menghipnotis ribuan uandangan yang hadir dalam perayaan HUT dan Peresmian pergantian nama Kabupaten Toba Samosir menjadi Kabupaten Toba.

Seperti yang disampaikan beberapa pengunjung kepada Gosumut di lokasi acara yang sengaja hadir untuk meramaikan dan memeriahkan HUT Ke 21 Kabupaten Toba mengatakan, Tortor Sipitu Sawan (Tortor 7 Sawan) bila kita benar benar menghayati Tor Tor dan alunan irama Gondangnya dengan hati dan perasaan yang baik disaat mendengqr alunan suara Gondang Batak dan menyaksikannya dengan serius, kita serasa dibawa ke era masa dahulu.

"Kita serasa terbawa merasakan bagaimana para leluhur Batak zaman dulu dengan tekunnya serta dengan hati yang bersih dan tukus memberikan pujian dan persembahannya serta menyampaikan permohonan mereka dengan Alunan suara Gondang Batak berikut dengan Tortornya yang dinamai Tortor Sipitu Sawan (Tortor 7 Sawan) kepada Debata Mula Jadi Nabolon (ALLAH yang Maha Kuasa)," ungkap Raja Marpaung (72) seorang tokoh Parbaringin Golongan Si Raja Batak dari Tanjung Pasir Porsea.

Seorang mantan penganut agama Malim (Parmalim) DJ.Silaen (89) kepada Gosumut bertutur, menurut sejarahnya seni tari Tor Tor 7 sawan ini adalah merupakan tor tor penghantar persembahan doa kepada Mula Jadi Nabolon (Allah yang Maha Kuasa dan Esa/ Maha Besar) dan sekaligus adalah Tor Tor untuk melakukan Pembersihan (Pangurason/Paiashon Bahasa Batak, red) dengan media Sawan Putih berisikan Air Bersih (Mual Na Tio Bahasa Batak,red), Buah Jeruk Purut (parbue ni Hau Anggir/Parbue Nahussus bahasa Batak,red) berikut Daun Kemangi (Bane Bane Bahasa Batak,red) diiringi dengan alunan Gondang Sada Bangunan (alat musik Gondang Batak lengkap).

Perlengkapan tersebut sebagai media perlengkapan yang ditarikan (di Tor-Tor kan) dengan berbagai bentuk gerakan gerakan Tari (Tor Tor Batak) tertentu dengan membawa 7 Sawan di atas Bahu, Tangan dan Kepala masing masing orang yang menari (Manortor bahasa Batak red) dengan satu sawan induk agak besar yang berisikan Air Bersih.

"Buah Jeruk Purut yang sudah dibelah berikut daun Kemangi dan Tor Tor ini hanya bisa diperankan oleh Wanita (Gadis) maupun kaum Ibu ibu," ungkap DJ.Silaen (89) Warga Kecamatan Laguboti seorang mantan penganut Agama Malim (Agama khas Tradisional Batak Toba).