MEDAN-Ada yang menarik dari gerobak sepeda motor milik Muhammad Bukhori Padang (20) yang sehari-harinya mangkal di depan Sekolah Bhayangkari Medan di Jalan Wahid Hasyim. Gerobak Siomay dan Bakso Kojek miliknya menerima pembayaran non tunai yang menggunakan Quick Respon Indonesian Standard (QRIS) Universal Gampang Untung dan Langsung (UNGGUL).

Penggunaan QRIS UNGGUL ini dilakukan melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik, atau mobile banking. Diantaranya seperti ovo, gopay, dana, link aja atau jenius.

Menurut Bukhori, dengan menyediakan barcode ini pembeli akan lebih gampang dalam pembayaran. Penggunaannya tidak sulit bisa digunakan mulai dari anak remaja hingga orang dewasa. "Biasanya sih yang pakai barcode ini anak-anak SMP dan SMA. Ada juga orang dewasa. Karena memang lebih gampang dan mudah hanya tinggal scan aja beres," katanya pada Gosumut.com, Kamis (12/3/2020).

Pria tamatan SMA asal Sidikalang ini mengungkap berdagang siomay dan bakso kojek keliling ini sejak 2018 ia lakoni dan modal dari abang iparnya. "Jadi ini milik abang ipar saja yang jalankan. Biasanya saya mangkal di sini mulai dari jam 09.30 WIB sampai 05.30 WIB. Alhamdulillah dagangan selalu habis," ungkapnya.

Seperti diketahui, guna mewujudkan Indonesia terutama di Sumatera Utara (Sumut) agar lebih maju dan lebih independen serta siap menghadapi tantangan kedepannya terutama di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia (BI) Sumut memperkenalkan QRIS UNGGUL. Transaksi non tunai ini sudah diluncurkan BI di Jakarta bertepatan di Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2019 lalu dan telah diberlakukan di Sumut sejak Januari 2020 lalu.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan semua transaksi dengan dompet elektronik telah memakai QRIS baik di pusat perbelanjaan modern dan juga di pasar-pasar tradisional di Medan. Saat ini, untuk sosialisasi QRIS telah masuk dalam tahap kualitas yakni bagaimana meningkatkan penggunaan transaksi non tunai ini.

"Seperti di Pasar Beruang Medan, Pasar Petisah Medan, di beberapa tempat ibadah seperti masjid dan di pasantren telah menggunakan QRIS. Selanjutnya kita akan ke lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah, dan ke pemerintah daerah dan supermarket besar," katanya.

Dalam upaya meningkatkan penggunaan jumlah QRIS baik dari sisi merchant dan juga dari sisi pengguna QRIS, BI akan menggelar Pekan QRIS Nasional 2020 pada tanggal 14-15 Maret di Lapangan Benteng Medan. Diharapkan dalam acara ini akan menambah jumlah merchant yang belum menggunakan QRIS.

"Target lainnya adalah masyarakat yang akan membeli produk bisa menggunakan QRIS. Sasaran terakhir adalah untuk memastikan penggunaan QRIS ini gampang dan dapat semakin meluas karena harus menjadi satu-satunya menjadi barcode yang digunakan semua merchant di Negara Kesatuan Republik Indonesia," ungkapnya.

Wiwiek juga menambahkan dalam acara ini akan diikuti sekitar 75 merchant dan akan dimeriahkan band lokal dan Juara Indonesian Idol 2020, Lyodra Idol dan Ex-Ada Band Donnie serta ada talk show dan acara menarik lainnya.

Menurut Pengamat Ekonomi Sumut dan Praktisi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu A Pratomo, QRIS UNGGUL merupakan standarisasi dalam penggunaan pembayaran yang berbasis internet dengan menggunakan handphone atau smartphone. Dikatakannya saat ini memang di pasar sudah banyak merchant yang menggunakan QR Code ini sebagai media untuk pembayaran. Namun QRIS menjadi suatu standar pengkodean secara elektronik di Indonesia.

Pengenalan QRIS ini menjadi sangat penting agar ada satu standar yang sama untuk sistem pembayaran elektronik. Jadi Indonesia memiliki satu kode khusus, sebab negara lain juga memiliki kode lainnya. Dengan demikian ada pengkodean khusus, dimana transaksi dilakukan dapat terdeteksi.

“Hanya saja, memang memerlukan kesiapan terutama sarana dan prasarana. Bagaimana masing-masing merchant telah menyiapkan sarana pendukung sehingga menjamin transaksi dapat berjalan lancar dan aman. Kalau pembayaran secara tunai atau konvensional, transaksi berjalan mulus ketika alat pembayaran sudah ada, namun transaksi secara elektronik sangat tergantung dengan koneksi jaringan internet. Ketika jaringan terganggu, maka transaksi dapat gagal,” jelas Wahyu.

Dengan kemajuan teknologi, sambungnya ada keuntungan yang didapat masyarakat dimana tidak perlu lagi menggunakan uang tunai dalam bertransaksi. Bahkan masyarakat untuk keperluan sehari-hari tidak perlu membawa uang tunai yang tersimpan di dompet, tetapi beralih uangnya menjadi uang elektronik tersimpan di handphone.

“Secara praktis, memang sistem pembayaran seperti ini menjadi lebih mudah. Bahkan kita tidak dipusingkan lagi harus membawa uang tunai untuk transaksi, atau mencari ATM untuk menarik uang guna bisa bertransaksi. Di samping itu, harga juga menjadi lebih pasti, karena untuk pecahan kecil pun kita bisa memastikan nilainya sama. Tidak seperti sekarang ada pembulatan untuk uang pengembalian bahkan diganti dengan permen sebagai pengganti uang pecahan kembalian,” pungkasnya.*