MEDAN- Qolbu pada dasarnya memiliki makna ganda. Ada makna secara syariah dan hakikiyah. Secara syariah Qolbu diartikan sebagai segumpal daging yang mana baik buruknya akan memberi dampak besar terhadap jasad seseorang. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah qolbu. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hal itu diutarakan Khalifah Dr. Muhammad Sontang Sihotang S.Si, MSi, kepada GoSumut.com, Selasa (3/2/2020) sekembali dari Tanjung Pura Langkat dan sempat bertemu dengan Tuan Guru Babussalam Dr. Zikmal Fuad, MA di acara Syukuran Sultan Langkat sekaligus pemindahan jasad Pujangga Tengku Amir Hamzah di Kompleks Masjid Azizi.

Saat menyampaikan sambutan, Tuan Guru Babussalam Zikmal Fuad sempat menyatakan bahwa ruh (roh) orang yang mati tetap hidup hingga dibangkitkan di hari kiamat.

Kembali ke soal qolbu, secara lughawiyah, kata Muhammad Sontang Sihotang, Qolbu memiliki arti asli yaitu Jantung. Dan ini sejalan dengan Hadits di atas bahwa ketika jantung kita sehat, maka seluruh tubuh kita pun akan sehat dan bebas dari berbagai penyakit. Namun sebaliknya, jika jantung kita biarkan kotor, maka darah yang mengalir ke seluruh tubuh pun akan menjadi darah yang kotor dan menjadi biang penyakit.

Lebih lanjut dipaparkan Muhammad Sontang, secara hakikiyah, qolbu adalah sebuah organ yang bersifat sirr (tidak berwujud / rahasia), namun ketika seseorang melakukan sebuah kemaksiatan, maka akan muncul bercak-bercak hitam yang lama kelamaan akan mengeraskan qolbu. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsyi yang artinya : Telah kami (Allah) bina/bangun dalam diri Bani Adam sebuah bangunan. Di dalam bangunan itu terdapat dada, di dalam dada terdapat qalbu, di dalam qalbu terdapat fuad (mata hati), di dalam fuad terdapat syaghaf (hati nurani), di dalam syaghaf terdapat lubb (lubuk hati), dalam lubuk hati terdapat sirr (rasa/rahasia), didalam sirr ada Aku (Allah).

Menurut para ahli tasawuf, Qolbu diartikan pula sebagai sebuah latifah / titik sensor / dimensi ke-Tuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita potong kemudian kita bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal daging yang disebut hati, tapi apakah dengan hatinya itu hewan mampu membedakan mana yang haq dan bathil ?, tentunya tidak. Apakah setelah kita belah hewan-hewan tersebut kita menemukan organ yang penuh bercak hitam karena kemaksiatan yang hewan lakukan ? tentunya jawabannya pun tidak.

"Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan atau restoran lalu kita bertanya apakah disana ada sop daging hati atau goreng daging hati, maka tentulah di salah satu warung makan atau restoran tersebut ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau goreng daging hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goreng daging qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak diperjualbelikan dan bukan untuk dimakan dan bukan pula berbentuk segumpal daging," urai Sihotang.

Dijelaskannya, daging hati yang berbentuk segumpal daging itu dalam bahasa arab disebut “kabid” bukan qolbu. Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghozali r.a dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin adalah ruh, akal atau nafsu.

Apa itu Roh atau Ruh ?

Dijelaskan Muhammad Sontang, Firman Alloh SWT dalam Surah Al-Isra ayat 85, artinya : dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku….Allah, Allah, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.

Dalam kitab Sirrurl Asror karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikemukakan Sontang bahwa makhluk yang pertama kali diciptakan Allah SWT adalah ruh. Ruh siapa ?, Ruh Muhammad SAW. Sebagaimana difirmankan Allah dalam Hadits Qudsi : “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Ku”.

Ruh, lanjut Sontang Sihotang, adalah Hakikat Muhammad, Selanjutnya Hakikat Muhammad tersebut disebut Nur Muhammad atau Nur. Kenapa disebut Nur ?, karena bersih dari segala kegelapan.