MEDAN Kebutuhan terhadap ketersediaan bilal mayit profesional saat ini sudah dianggap mendesak, mengingat kian sedikitnya sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang tersebut.

Menyikapi fenomena tersebut, selama tiga tahun terakhir, Forum Komunikasi Muslimah Indonesia (FKMI) secara konsisten dan teratur terus melaksanakan agenda pelatihan fardhu kifayah.

Di mana pelatihan teranyar akan digelar pada 4 Maret 2020 mendatang, bertempat di Sekretariat FKMI Jl Sei Petani Medan. Hingga saat ini, jumlah peserta yang mendaftarkan diri sudah melampaui target yang ditetapkan oleh panitia, yakni mencapai 85 orang.

Hal tersebut diungkapkan Ketua FKMI Medan Hj Revita Lubis di sela kegiatannya. Selanjutnya dikatakan, pelatihan yang akan memberikan materi pengurusan jenazah mulai dari memandikan, mengafani dan hal-hal yang terkait dengan penyiapan pemberangkatan jenazah hingga menuju pemakaman, di dalam Islam merupakan kewajiban yang disebut fardu kifayah. Gugurnya kewajiban tersebut, apabila sudah ada yang mengerjakannya.

“Ilmu fardhu kifayah ini masih sangat langka yang memilikinya di tengah masyarakat. Khususnya di kalangan generasi muda. Bilal mayit yang tersedia umumnya didominasi oleh kalangan tua. Ini jelas ironis sekali. Mengingat kebutuhan terhadap keberadaan bilal mayit itu sendiri sangat penting dan mendesak,” ujar Revita, prihatin.

Kondisi demikian, sambung Revita, tentunya sangat memprihatinkan. Terutama bagi umat Islam yang memiliki kewajiban untuk menuntaskan seluruh kebutuhan jenazah dengan segera. Situasinya semakin kompleks, ditambah dengan minimnya lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelatihan fardhu kifayah.

“Profesi bilal mayit ini tidak bisa sembarangan dilakukan. Dibutuhkan keahlian dan kriteria khusus dari bilal mayit, agar ia dapat melaksanakan seluruh prosesi dan syarat-syarat penyelenggaraan fardhu kifayah dengan baik dan benar menurut syariat Islam,” kata Revita.

Ia juga menekankan, bahwa sebaiknya seluruh umat Islam sudah memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai bagaimana cara memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkan sesuai syariat Islam, dari level dasar hingga terampil.

Hj Revita tak menampik wacana untuk mendirikan lembaga khusus yang akan mewadahi kebutuhan terhadap praktisi pemandian dan penyiapan jenazah ke depannya, sebagai muara dari pelatihan fardhu kifayah yang rutin digelar. Terlebih mengingat pentingnya regenerasi yang terus-menerus. Namun ditegaskannya, untuk sementara ini, FKMI masih hanya memusatkan wilayah pelatihan dan pembinaan pada level domestik organisasi.

“Kami berharap, dengan diadakannya pelatihan, seluruh member dan pengurus FKMI sudah memahami dan terlatih untuk melaksanakannya, setidaknya dalam lingkungan terdekat. Tapi tak tertutup kemungkinan nantinya kami akan mengundang dan mengumpulkan para bilal mayit yang ada di Kota Medan untuk menjalin silaturahmi. Setelah itu, bisa jadi akan ada komunikasi lebih lanjut yang lebih intens untuk mem-follow up pemikiran-pemikiran yang berkembang,” papar Revita.

Menurutnya, selain mendapatkan ilmu dalam bentuk teori dan praktik langsung dari praktisi profesional, pelatihan fardhu kifayah juga sangat baik sebagai alarm atau pengingat diri akan kematian. Bahwa silaturahim juga harus terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, mengingat saat kita meninggalkan dunia ini pun, masih juga kita membutuhkan bantuan orang lain, hingga berakhir di liang lahat.*