BAUBAU - Bagi traveller yang suka dengan situs bangunan tua, agaknya Benteng Kesultanan Buton yang berada di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara menarik untuk diexplore. Benteng terluas di dunia ini sudah berusia sekitar 500 tahun, namun kondisinya tetap terawat di bawah kendali Walikota Baubau Dr. H. AS Tamrin, MH.

Terbuat dari batu kapur, Benteng Keraton Buton itu berbentuk lingkaran dengan panjang keliling 2.740 meter (2,74 Km). Luasnya 23.375 hektar. Saking luasnya, Benteng Kesultanan Buton mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) 2006 sebagai benteng terluas di dunia.

Kondisi Benteng Kesultanan Buton saat ini, menurut Walikota Baubau Dr. H. AS Tamrin, MH di acara penyerahan Penghargaan Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 8 Februari 2020 lalu di Banjar Baru / Banjarmasin Kalimantan Selatan yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo, kondisinya cukup terawat baik. "Saya sejak kecil tinggal di lingkungan benteng tersebut," kesannya.

Menurut AS Tamrin, di bawah kepemimpinannya sebagai Walikota Baubau dua periode 2013-2018 dan 2018-2023, pihaknya cukup memberi perhatian pada peninggalan Kesultanan Buton. Antara lain penguatan kelembagaan Kesultanan Buton dan perangkatnya, termasuk melestarikan benteng tersebut.

"Pemerintah Kota Baubau juga memberikan bantuan khusus APBD bagi perangkat Masjid Agung Kesultanan Buton sebagai masjid ikon sejarah Buton. Bahkan perhatian dan pelestarian peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang Penataan dan Pelestarian Kawasan Khusus Benteng Kesultanan Buton," ujar Tamrin di sela Ekspose 10 Bupati/Walikota penerima Anugerah Kebudayaan PWI Pusat di Hotel Grand Mercure Kota Banjarmasin, Jumat sore (7/2/2020) dihadiri Menko PMK Muhajir Efendi, Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh dan Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari.

Di Baubau tidak hanya ada Benteng Kesultanan Buton yang terluas di dunia sebagai obyek wisata, juga ada Kampung Tenun Warna-Warni di kawasan pesisir Desa Sulaa. Kain tenun Buton sudah terkenal dan diperdagangkan sejak abad ke-14.

Sebagai kota budaya, Baubau Buton juga memiliki falsafah kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Namanya Polima. "Polima adalah lima nilai dasar yang menjadi pola kehidupan warga Kota Baubau yakni saling menyayangi, saling memelihara dan mengayomi, saling mengangkat derajat, saling menjaga rasa malu, dan tidak saling menyakiti.

Menurut AS Tamrin, nilai-nilai yang terkandung dalam Polima tidak ubahnya seperti Pancasila. "Presiden Soekarno menggali Pancasila dari budaya bangsa Indonesia. Begitu juga halnya dengan Polima," papar Tamrin.

Polima, lanjut AS Tamrin, telah dituangkan dalam 4 pilar agenda strategis pembangunan Kota Baubau. Keempat pilar tersebut yakni pilar pembangunan kebudayaan, pilar pembangunan sumberdaya manusia, pilar pembangunan infrastruktur dan pilar pembangunan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan bertumpu kearifan lokal.