SERGAI-Diketahui bahwa ikan nila merupakan ikan yang banyak penggemarnya, selain mampu memanjakan lidah, ikan nila juga banyak manfaat lainnya dari daging, kulit, sisik dan limbah ikan nila bisa dimanfaatkan tanpa harus terbuang. Hal itu sudah dilakukan oleh PT Aquafarm Nusantara.

Selain menghasilkan potongan fillet tilapia kualitas premium yang diakui dunia, PT Aquafarm Nusantara untuk produk Regal Springs Indonesia juga bijak memperlakukan limbah ikan menjadi berbagai komuniti baru yang bermanfaat bagi manusia yaitu sebagai obat-obatan, pangan, kosmetik hingga produk fashion.

Dalam sebuah kunjungan dengan wartawan beberapa waktu lalu ke lokasi PT Aquafarm Nusantara yang berada di Desa Naga Kisar Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Processing Plant Manager Joko Suhendro Didampingi External Relation Senior Manager PT Aquafarm Nusantara Kasan Mulyono menjabarkan A to Z proses ikan nila (Oreochromis niloticus) mulai dari pembenihan hingga produk sudah dalam kondisi fillet yang populer dengan nama Tilapia yang kini sudah diekspor ke berbagai negara di Eropa dan Asia.

Joko mengisahkan ikan nila dilakukan pembenihan di bibir pantai Serdang Bedagai yang kemudian dibesarkan di Danau Toba, Samosir dengan sistem moderen dan terkendali."Ada beberapa alasan mengapa harus di Sergai, mulanya karena lokasinya sudah memang awalnya ada di sini. Tapi belakangan memang terbukti ketika ikan ini dilakukan pembenihan di air payau dan dibesarkan di Danau Toba yang terjadi adalah mutu ikan menjadi lebih baik.Hal ini menjadikan Tilapia asal Sumatera Utara ini yang terbaik di dunia," ungkap Joko.

Menurut survei yang dilakukan lembaga independen asal Vietnam, ikan tilapia yang dikembangkan Regal Springs Indonesia pada Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba merupakan salah satu dari dua ikan tilapia terbaik di dunia. Satu lainnya adalah berasal dari Guangzhou, China.

Kepala disembelih setelah ikan siap panen di Danau Toba dengan umur 8 higga 9 bulan, ikan nila dikembalikan kembali ke Sergai dalam kondisi hidup untuk diproses menjadi fillet. Meski dalam kondisi industri moderen, ternyata proses Tilapia menerapkan konsep semi manual. Sentuhan tangan turut mempengaruhi mutu produk.

"Kepala ikan ini dilakukan penyembelihan terlebih dahulu.Ternyata proses penyembelihan juga mempengaruhi mutu ikan," terang Joko.

Darahnya dibiarkan keluar terlebih dahulu. Kondisi ini menjadikan daging ikan lebih bersih, tidak ada gumpalan darah. Selanjutnya ikan difilled dengan beberapa potongan seperti top, bottom. Beberapa bagian dalam juga bisa dimanfaatkan untuk konsumsi.

Dituturkan Joko, dari satu ekor ikan nila hanya 30 % saja yang bisa digunakan untuk fillet, sisanya adalah menjadi limbah yang kemudian diolah menjadi beberapa produk sampingan. Antara lain Menjadi tepung ikan yang menjadi bahan baku untuk pakan ikan, bakso ikan, nungget.

Selain menghasilkan minyak ikan (Fish oil) sisik ikan tilapia juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan produk kosmetik dan obat-obatan.

“Proses sisik ikan tilapia ini pertama dilakukan pemisahan dari kulit dengan tahapan pencucian berkali-kali, tanpa mengunakan bahan kimia. Sehingga betul-betul terpisah dari lemak ikan tilapia tersebut.

Setelah melalui proses pencucian, dilakukan penjemuran dengan tingkat kepanasan mencapai 30-35°C. Sisik ikan diekspor ke negara maju untuk diubah menjadi produk fashion seperti tas dan lainnya. Sementara kulit ikan yang kaya kolagen oleh negara maju dijadikan sebagai bahan obat obatan untuk operasi luka bakar.

Joko mengisahkan tidak ada limbah yang terbuang sia-sia dari PT Aquafarm. Semuanya diberdayakan untuk kebutuhan hidup manusia.*