MEDAN – Diskusi Ruang Aspirasi yang dihelat Gerakan Medan Berkah kembali digelar, Kamis (13/2/2020) di Media Center Medan Berkah. Program yang digagas Bakal Calon Walikota Medan Bobby Nasution itu mengangkat tema Potensi Kearifan Lokal Dapat Menghidupkan Kembaki Identitas Kota Medan'. Diskusi menghadirkan As Atmadi (Budayawan), Peranita Sagala ST MMPP (Ikatan Arsitek Indonesia), Pemerhati Sejarah USU Azis Lubis, mahasiswa FIB USU, aktivis Sungai Deli dan Babura, Komunitas Kota Tua serta Ikatan Wartawan Online (IWO) Kota Medan

Diskusi berjalan seru. Banyak pendapat dikemukakan para peserta.

Budayawan As Atmadi mengungkapkan suatu identitas jika tidak dipelihara dengan budaya dan filosofi akan rusak.

"Seperti kekayaan kuliner yang merupakan kebanggaan orang Medan, jika tidak dirawat dengan budaya, maka akan rusak rasanya," ujar pemilik media Intipnews.com ini.

As Atmadi juga mengatakan, pendekatan kebudayaan sangat penting untuk menciptakan identitas kota. Termasuk dalam menentukan pemimpin Kota Medan ke depan.

"Ikan busuk itu kepalanya duluan. Untuk itu, harus dipikirkan bagaimana membudayakan pemimpin di Kota Medan agar bisa berbudaya saat memimpin," tuturnya.

Sementara Pengurus Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Peranita Sagala ST MMPP menjelaskan Medan adalah kota yang dibentuk oleh sungai dengan tanahnya sangat subur.

"Sangat memungkinkan menjadikan sungai sebagai salahsatu identitas kota," ujar Peranita.

Aktivis Komunitas Medan Membaca itu juga mencontohkan penataan sungai di Korea yang berdampak pada perekonomian masyarakat.

"Di Indonesia juga ada contoh salahsatu sungai di Yogyakarta. Hanya saja Kota Medan harus siap dengan konsep-konsep itu. Tidak asal main gusur warga pinggiran sungai tanpa solusi," kata Peranita.

Peranita juga menyinggung soal Lapangan Merdeka Medan yang direncanakan direvitalisasi tahun ini. Pera berharap, pembangunannya tetap mempertahankan landscape Lapangan Merdeka.

Di tempat yang sama, Aktivis Sungai Babura, Rahmatsyah meyakini potensi sungai di Medan bisa dijadikan salahsatu identitas kota.

"Hanya saja harus ada keseriusan Pemko Medan menata sungai secara adil. Tidak menggusur rakyat kecil, tapi membiarkan bangunan kapitalis yang jelas-jelas melanggar aturan sungai," tegas Rahmatsyah.

Hal senada juga disampaikan Pemerhati Sejarah USU, Azis Lubis.

Azis yang juga salahsatu Tim Cagar Budaya Pemprov Sumut itu menekankan pentingnya perubahan mindset masyarakat dalam membentuk identitas kota.

"Jika ditanya mana lebih dulu harus ditata, apakah budaya masyarakatnya atau infrastrukturnya, maka saya jawab harus lebih dulu merevolusi mental masyarakatnya," kata Azis.

Azis menilai Kota Medan sangat kaya infrastruktur, baik modern maupun cagar budaya.

"Namun apalah artinya bila mental masyarakat kita belum memahami itu," ujar Azis.

Aktivis lainnya, Sujatmoko mengungkapkan Medan kini tidak punya keunikan dan daya tarik. Artinya yang bisa dibanggakan di Medan cuma dua, heterogenitas multietnis dan kuliner.

Menurutnya dari dua sisi itu lah bisa dimulai menghidupkan kembali identitas Kota Medan.

"Dan yang terpenting, tingkatkan kepedulian dan tinggalkan kesombongan. Ini juga terkait budaya kita," tegas Sujatmoko.

Di sisi lain, Manajer Komunikasi Gerakan Medan Berkah Muhammad Asril mengatakan diskusi yang digagas Bobby Nasution itu lebih kepada mendengar masukan stakeholder dan elemen rakyat tentang Medan Identity.

"Dalam diskusi ini disimpulkan bahwa multikultural dan budaya merupakan potensi kearifan lokal yang bisa dijadikan identitas kota Medan," pungkasnya.