SIMALUNGUN-Disebuah rumah kontrakan sempit, Adrus Erwin Purba menyambut kedatangan team ACT Sumut yang berkunjung kerumah mereka di Desa Nagori Tongah, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Dengan alas tikar seadanya, Bang Purba pun mempersilahkan kami masuk dan duduk bersama Zuandi Sehat Purba (7 tahun) dipangkuannya.

Cukup sulit juga team ACT Sumut untuk mencari keberadaan keluarga Bang Purba ini, selain marga Purba merupakan marga dominan di Kecamatan Purba ini, ditambah lagi bang Adrus Erwin Purba merupakan pendatang di Desa Nagori Tongah.

Namun berkat bantuan dari isteri Kepala Desa, yang sudi menemani kami hingga akhirnya bertemu dengan keluarga dari adik kita Zuandi Sehat Purba dan Nitauli Purba. Sesuai dengan laporan yang diterima dari sebuah stasiun televisi (Newsline MetroTV), dan portal donasi terpercaya Kitabisa.com, ACT Sumut menurunkan tim untuk melakukan assessment dan investigasi ke lokasi. Dengan ditemani Markom ACT Sumut, Ilham Moehammad, Program ACT Sumut Sakti Wibowo tiba dirumah keluarga bang Purba ini.

Menurut bang Purba, penyakit yang diderita oleh kedua anaknya, sudah nampak sejak dari lahir, kondisi tubuhnya semakin menyedihkan. Awalnya hanya dirasakan oleh Zuandi,kemudian Nitauli putri semata wayang mereka juga kini mengalami hal yang sama.Bang Purba sudah bolak-balik ke rumah sakit yang ada di kota Siantar, namun tidak ada kepastian jawaban dari rumah sakit bahwa anaknya ini bisa disembuhkan.

Rumah sakit hanya menyarankan, kedua anaknya untuk rutin diterapi. Namun dikarenakan factor biaya, Bang Purba pun tidak sanggup melakukan saran dokter demikian. Walau biaya terapi tidak dikutip biaya, yang membuat berat adalah transportasi menuju rumah sakit.

Dikatakannya, berhubung rumah sakit berada jauh dari desa mereka, memakan waktu 1,5 jam dan mengeluarkan biaya transportasi yang tidak sedikit, minimal Rp 100.000,- untuk ongkos pulang pergi naik kendaraan umum. "Jika mengikuti saran dari dokter 3X seminggu untuk terapi, berarti Bang Purba harus menyisihkan biaya setidak 300 ribu per minggu, atau Rp 1.200.000,- perbulan. Sementara,gaji sebagai buruh tani hanya Rp. 70.000,- per hari untuk makan sehari-hari saja gak cukup bang," keluh bang Purba.

Karena ketiadaan ekonomi ini lah, akhirnya bang Purba dan isteri hanya dapat mengelus dada. Mereka hanya memberikan obat-obatan tradisional kepada kedua anaknya. Saat ini, hanya doa dan harapan sajalah yang dapat mereka berikan untuk kesembuhan kedua anaknya.Dan juga dukungan dari para donator jika ada yang berkenan memberikan bantuan obat-obatan untuk anak mereka. Miris, nasib kedua bocah ini hanya terbaring, tidak bisa bergerak karena kelumpuhan saraf motorik.

Mari kita bantu, Zuandi Sehat Purba dan Nitauli Purba, untuk segera sembuh sedia kala untuk melawan penyakit saraf motorik atau motor neuron disease yang diderita mereka sejak masih kecil. ACT Sumut juga mengharapkan doa dari para Dermawan untuk kesembuhan kedua adik kita ini.*