MEDAN - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU), dr Indra Janis MKT menyampaikan komitmen institusinya untuk menghasilkan dan melahirkan dokter-dokter yang mumpuni melalui sistem kurikulum yang mereka terapkan.
Hal ini disampaikan Dekan dr Indra Janis MKT saat menjadi narasumber di forum Round Table Discussion dalam menjawab peningkatan mutu profesi dokter, Sabtu (8/2/2020) siang kemarin di Hotel Grand Antares Medan.

Di hadapan Ketua Bidang Organisasi PB IDI, dr Ramlan Sitompul SpTHT, pengurus PDUI Kota Medan, BEM kedokteran di Medan dan sejumlah dokter, Indra memaparkan, sebagai perguruan tinggi yang memiliki nilai khusus yakni Caturdharma mengenai dakwah Islamiyah, pihaknya juga mempersiapkan calon dokter dengan mengacu dan berpedoman dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Di sisi lain, Indra mengaku, akan ada perubahan visi misi yang mereka terapkan di FK UISU.

"Kita lebih mengarah ke kedokteran tropis dan travel medicine. Nah kedokteran tropis ini sengaja kita tonjolkan, karena Sumatera Utara ini adalah daerah tropis. Kalau travel medicine, kita sudah mahasiswa Prodi Profesi praktek di kantor kesehatan pelabuhan (KKP) ikut serta melakukan pemeriksaan jemaah haji," terangnya.

"Sementara dua ini dulu kita lihat. Karena kita adarah daerah endemik di Sumatera Utara untuk penyakit tropis, tentu kenapa kita tidak mengambil ke khususan kedokteran tropis. Sehingga ketika ada calon mahasiswa yang ingin mencari fakultas kedokteran yang fokus soal tropis, mereka bisa mendaftarkan dirinya ke FK UISU. Kita akan berperan kearah itu," timpalnya.

Sebenarnya, lanjut Indra, kedokteran tropis ini sudah ada di FK UISU, namun dalam pertemuan ini, dirinya ingin menekankan kembali akan adanya modul khusus Penyakit Tropis di FK UISU.

"Kita sudah banyak memiliki staf pengajar untuk kedokteran tropis ini. Kita punya dokter spesialis penyakit dalam yang juga konsultan penyakit tropis yakni dr Umar Zein. Kemudian, kami ada magister kedokteran tropis. Jadi, kami sudah memadai untuk itu," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi PB IDI, dr Ramlan Sitompul SpTHT mengungkapkan, profesi dokter adalah profesi yang dinamis dan terus mengikuti perkembangan zaman. Bahkan tidak tertutup kemungkinan ke depan akan adanya Telemedicine.

"Dokter-dokter ini tidak tertutup kemungkinan menggunakan semua teknologi, termasuk teknologi komunikasi. Kita harapkan teknologi yang sekarang ini bisa membuat pelayanan kedokteran lebih efektif, bukan malah menjadi birokrasi," ungkap Ramlan saat didaulat menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.

Hanya saja, lanjut Ramlan, adanya sistem yang dibangun negara seperti BPJS Kesehatan. Sehingga akan adanya tarik ulur antara regulasi pemerintah dengan keluhuran profesi dokter.

Mengenai upaya peningkatkan profesi dokter, Ramlan menjelaskan, sebenarnya profesi dokter dan spesialis sudah membuat Program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) bagi tenaga medis.

"Jadi kalau itu diterapkan, diikuti dengan baik, mudah-mudahan itu hanya sebagai garansi saja, pelayanan-pelayanan itu akan baik. Yang jadi persoalan saat ini, faktor pendukung pelayanan ini yang mungkin pemerintah siapkan dengan baik," tuturnya.

Faktor pendukung pelayanan itu, kata Ramlan, seperti sarana prasarana. Karena kalau sarana prasarana tidak tersedia dengan baik, akan berdampak kepada jeleknya profesi kedokteran.

"Itu yang kita khawatirkan. Jadi yang kita harapkan itu dari pemerintah memperbaiki sarana prasarana, dimulai dari FKTP hingga seluruh rumah sakit," jelasnya.

Untuk dokter umum, sambung Ramlan, juga telah diatur dalam SKDI 2012. Di mana, diamanatkan bahwa seluruh dokter akan diuji.

"Ada ujian dengan itu, kalau dia lulus dengan itu, dia kompeten. Nah kita harapkan, fakultas kedokteran supaya mempersiapkan anak didik ke arah SKDI 2012, agar mereka bisa lulus dengan cepat dan tepat waktu pendidikannya. Karena kadang-kadang itu terlupakan, sementara itu adalah pintu gerbang untuk memasuki profesi kedokteran untuk berpraktik," ujarnya.

Di sisi lain, Ramlan berharap, agar mahasiswa kedokteran bisa lebih kritis terhadap sistem pendidikan yang diterapkan.

"Jadi, jangan ketika ada regulasi dari pemerintah, penyelenggaran pendidikan membuat A, mahasiswanya diam, kita harapkan dapat
mahasiswa tidak seperti itu. Harus ada analisis juga dari mereka, harus cari informasi yang berimbanglah," tandasnya.

Pada diskusi ini hadir juga Wakil Dekan KAK, dr Alamsyah Lukito MKes, D.Bioeth, Kepala Bagian Forensik FK UISU dr Ismurizal SpFK, dan dr. Marzuki S, M.KKK.

Usai diskusi, Prof.dr. Farhat, Sp.THT (KL) memberikan sertifikat kepada kedua narasumber dan diakhiri dengan foto bersama.