SAMOSIR-Kabupaten Samosir memiliki kurang lebih ribuan hektar lahan perkebunan kopi milik warga yang tersebar di 9 Kecamatan. Kondisi kebun kopi kini memburuk, sehingga produksi secara umum menurun. Mengatasi, Pemerintah Kabupaten Samosir akan kembali mengembangkan kopi ateng dengan mendatangkan bibit bersertifikat nasional di TA 2020 ini.

"Sekarang sudah mulai kita kembangkan. Kita prioritaskan di Kecamatan Ronggurnihuta untuk mengganti bibit lama dengan bibit yang baru. Makanya kita datangkan bibit bersertifikat yang diakui oleh nasional, mengganti batang kopi yang sudah tua," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Victor Sitinjak kepada www.gosumut.com, Selasa (4/2/2020) menyikapi kondisi kebun kopi yang semakin buruk sejak dua tahun terakhir di Kecamatan Ronggurnihuta.

Dijelaskan, hal itu sudah dilakukan sejak tahun lalu. Khusus Kecamatan Ronggurnihuta, dijadikan percontohan melalui bantuan kerjasama dengan Barista, organisasi yang menangani kopi diseluruh Indonesia. Organisasi yang bisa mengeluarkan mutu kerjasama dengan luar negeri. "Organisasi ini memiliki akademi tersendiri untuk penanganan kopi," jelasnya.

Lanjut Victor, selain mengembangkan kopi ateng yang isunya tidak bisa dikonsumsi karena dijadikan bahan baku produk lain, juga sudah memulai mengembangkan penanaman kopi arabika dan kopi dari starbucks yang dikelola oleh kelompok tani Purma. Sebanyak 25.000 batang benih kopi dari starbucks sudah diberikan untuk dibibitkan.

"Kita juga sudah mengembangkan kopi dari starbucks di Kecamatan Ronggurnihuta. Kelompok Purma yang jadi percontohan pada tahun lalu ditangani oleh Barista. Jadi kalau dibilang tidak ada penanganan, sebenarnya tergantung kelompok. Kita harapkan kelompok tani proaktif. Juga kita harapkan ada kemauan dan keinginan bekerjasama dengan dinas. Jangan ketika kita datang, justru dianggap sebagai halangan," imbuh Victor.

Disampaikan juga, saat ini pihak Provinsi sedang giat-giatnya memberikan pupuk organik cair untuk disemprotkan ke batang kopi. Sehingga dihimbau dan diharapkan kepada masyarakat petani kopi diseluruh Kabupaten Samosir, agar lebih kepada penggunaan pupuk organik non kimia. Jangan lebih berpedoman kepada penggunaan pupuk subsidi kimia.

Lebih jauh terkait kopi ateng, Victor mengatakan, kopi yang selama ini kita minum ternyata kopi ateng. "Kopi yang selama ini kita minum adalah kopi ateng. Karena mutunya bagus, sehingga diisukan tidak bisa dikonsumsi. Tetapi yang sebenarnya, penghasilannya diambil oleh Kabupaten lain. Sehingga, karena kopi Kabupaten lain yang terkenal, kopi kita tidak," tuturnya.

Untuk itu, lanjut Victor, pihaknya sudah memulai kerjasama dengan Barista untuk penanganan kopi ateng, mulai dari pembibitan, penanaman, dan pemupukan. Selain kelompok tani Purma, hal itu juga sudah diterapkan melalui pembinaan kepada beberapa kelompok tani yang ada di Kecamatan Ronggurnihuta, yakni kelompok tani Saurdot dan kelompok tani Lestari Maju Bersama.*