JAKARTA - Empat dari 10 staf hotel Hong Kong mungkin kehilangan pekerjaan mereka dalam beberapa bulan mendatang, karena pembatasan perjalanan pasca mewabahnya korona virus. Ini juga bisa menjadi tekanan bagi industri yang sudah berjuang dari penyusutan pariwisata setelah hampir delapan bulan berlangsung protes anti-pemerintah.

Kemungkinan itu ditulis SCMP, Senin (3/2/2020). Lansiran itu juga menyebut, "tingkat pengangguran di industri perhotelan Hong Kong dapat mencapai hingga 40 persen karena coronavirus Wuhan,".

Tingkat pengangguran di industri, yang mempekerjakan 44.500 orang di kota pada akhir 2019, bisa melonjak hingga 40 persen, kata Edwin Leong Siu-hung, pendiri pengembang properti Tai Hung Fai Enterprises.

"Rumah tamu (Guest House) yang dikelola keluarga dan operator hotel kecil mungkin terpaksa ditutup," kata Leong, yang merupakan pria terkaya dengan kekayaan bersih diperkirakan US $ 4,8 miliar versi majalah Forbes ke-23 di Hong Kong tahun lalu.

“Operator hotel besar akan menemukan cara untuk memotong biaya," kata dia.

Penurunan dalam industri perhotelan akan menambah kesengsaraan kota yang sudah terperosok dalam resesi teknis pertama dalam lebih dari satu dekade, karena wisatawan dari daratan Cina - yang belanja banyak hal secara besar-besaran mulai dari barang mewah hingga asuransi diperkirakan berjumlah 5 persen dari output ekonomi Hong Kong - telah menjauh selama delapan bulan protes anti-pemerintah berlangsung. Lalu kini, Karantina dan larangan bepergian 14 hari terbaru untuk setiap pengunjung dari Wuhan, telah lebih jauh menghalangi perjalanan wisatawan.***