MEDAN-Pola hidup yang tidak sehat tengah membudaya pada masyarakat modern saat ini. Sehingga angka penyakit tidak menular terus meningkat seperti obesitas, kardiovaskular, diabetes melitus atau dikenal dengan kencing manis. Bahkan juga penyakit kardiovaskular yang termasuk penyakit jantung koroner dan stroke.

Namun, hal ini bisa dicegah bila masyarakat bisa mengetahui masalah gizi didalam tubuh dan juga yang terkait dengan status nutrisi di dalam tubuhnya sendiri. Sehingga kedepannya masyarakat bisa memperbaiki pola makan dan pola hidup dan dapat mencegah penyakit-penyakit yang terkait dengan gangguan metabolisme tersebut, terutama dengan mengetahui aspek nutrigenomik.

Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Cabang Sumatera Utara (Sumut), diwakili oleh Prof. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M. Gizi, SpGK menyatakan peran dokter gizi klinis dalam penanganan masalah gizi, pada acara Workshop Penatalaksanaan Nutrisi Obesitas Pendekatan Nutrigenomik bersama PDGKI Cabang Sumut, Sabtu (25/1/2020) di JM Bariani Restoran, Jalan Pemuda, Medan, yang diikuti 64 peserta terdiri dari dokter umum, perkumpulan dokter seminat, dan mahasiswa kedokteran yang ada di dalam dan luar Kota Medan.

Dijelaskan bahwa PDGKI merupakan perhimpunan yang berisi dokter-dokter spesialis gizi klinik yang berada di Sumut yang bergerak dalam ilmu gizi klinis. Ilmu gizi klinis ini berbeda dengan ilmu gizi masyarakat karena lebih menyoroti dan memberi dukungan terapi untuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan gangguan masalah gizi lebih spesifik dan klinis.

"Pada masa ini PDGKI Cabang Sumut masih beranggotakan 6 orang gizi klinik dan kedepannya akan bekerjasama dengan provinsi yang ada di bagian Sumut termasuk Nanggroe Aceh Darussalam, Batam, dan Riau," sebutnya.

Ketua Panitia, dr Iflan Nauval, M.sclH, Sp.GK mengatakan bahwa workshop yang digelar bertujuan untuk memperkenalkan penatalaksanaan nutrisi obesitas sejak dini. Dimana peserta yang hadir merupakan dokter-dokter yang praktek di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) agar nantinya setelah mengikuti kegiatan ini menjadi agen of change khususnya mengenai pola hidup sehat di masyarakat kedepannya.

"Kalau kita lihat selama ini penyakit-penyakit degeneratif ini seperti obesitas juga kardiovaskular ini anya diterapi saja padahal harus ditangani. Sehingga pada saat kedepannya komplikasi akibat penyakit ini tidak akan timbul. Kalau dilihat masyarakat saat ini jarang bergerak namun banyak makan. Oleh karena itu, kita harapkan nantinya setelah workshop ini peserta bisa menyampaikan pada masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan signifikan bahwa berobat itu bukan hanya minta obat tapi merubah mindset, merubah pola hidup dan merubah pola makan," jelasnya.

Sebelumnya dalam penjelasannya kedua pembicara dr Fitriyani Nasution, M.Gizi, Sp.GK dan dr Hilna Khairunisa Shalihat, M.Gizi, Sp.GK menjelaskan pada puluhan dokter bahwa obesitas ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Lantaran seseorang yang obesitas harus merubah gaya hidup seperti diet, aktivitas fisik dan behavior (tingkah laku) seperti apa.

"Jadi terapi obesitas ini cukup sulit. Karena kita ingin merubah gaya hidup seseorang mulai dari cara dia makan, jumlah kalorinya dan komposisinya. Kemudian aktivitas fisiknya juga dimana masyarakat sekarang semakin malas untuk bergerak. Misalnya naik satu lantai lebih mau naik lift nunggu lima menit daripada naik tangga yang gak sampai lima menit sudah sampai. Nah, bergerak ini yang harus kita tingkatkan lagi," ungkap dr Fitri.

Hal sama juga yang dijelaskan dr Hilna, saat ini dalam menatalaksana obesitas harus dirubah gaya hidupnya. Prinsip dasar penanganan obes adalah deficit kalori yaitu dengan memilih asupan makanan yang tepat dan meningkatkan aktivitas fisik. Aspek nutrigenomik menjadi primadona belakangan ini karena dapat memberikan panduan pengaturan makanan dan olahraga berdasarkan gen.

"Pilar-pilar inilah yang kita harapkan dalam kegiatan ini. Sebagai dokter umum tentunya banyak bertemu dengan pasien dan bisa memberikan perubahan pada pasien. Selama ini pengobatan pada pasien yang telah sakit sudah dilakukan, namun jumlah pasien yang sakit terus bertambah. Saat ini kita berusaha memotong proses penyakit sejak dini. Obesitas sebagai factor risiko berbagai penyakit tidak menular harus ditangani sehingga tidak menimbulkan komplikasi penyakit lainnya" pungkasnya.*