MEDAN-Masalah akan kesehatan seksual kian marak diperbincangkan di masyarakat. Seperti tindak pemaksaan dan kekerasan seksual yang tengah booming kasusnya, infeksi menular seksual, kehamilan yang tidak dikehendaki dan juga kasus HIV/ AIDS.

Padahal, seksualitas memiliki sisi positif dan ternyata bisa berdampak terhadap kesejahteraan. Hal ini diungkapkan Dokter Spesialis Kejiwaan, Dr dr Elmeida Effendy MKed KJ SpKJ (K), Rabu (22/1/2020).

Dijelaskan Psikiatri dari Fakultas Kedokteran (FK) USU ini manusia mendapatkan pengalaman erotis dan mengekspresikan dirinya sebagai makhluk seksual, mulai dari kesadaran diri pribadi sebagai laki laki atau perempuan, kapasitas yang mereka miliki atas pengalaman erotis dan tanggapan atas pengalaman itu.

Seksualitas yang positif mencakup pemahaman seksualitas sebagai hal yang alami dan aspek kesehatan dari kehidupan manusia. Pengetahuan tentang seksualitas dan hak reproduksi dengan pilihan yang bertanggung jawab, komunikasi saling menghormati, pertukaran pikiran-pikiran perasaan pribadi pada pasangan dan aktivitas seksual yang aman dan saling menyenangkan.

Seksualitas yang positif merupakan hal mendasar dari aspek sebagai manusia yang mana yang bersangkutan mampu secara nyaman mendiskusikan tentang perasaan, nilai-nilai memulai hubungan intim dan mengatakan tidak untuk suatu hubungan intim.

Terdapat pula faktor-faktor yang berpengaruh terhadap seksualitas yakni seksualitas merupakan dorongan alamiah yang dibawa sejak lahir, namun keluarga, latar belakang kebudayaan, agama, pengaruh media, teman-teman akan membentuk attitude / sikap terhadap seksualitas.

"Misalnya dulu ada anggapan perempuan baik baik tidak pantas untuk mengajak berhubungan seksual atau memulai terlebih dulu. Hal ini bisa berakibat pada dirinya dan pasangannya. Perempuan tersebut merasa tidak nyaman dalam mencari kepuasan, pasangannya pun menganggap perempuan tersebut tidak antusias padanya," jelas Elmeida.

Selain itu lajutnya, laki-laki akan merasa dirinya lebih berharga jika merasa mampu membuat pasangannya puas, sehingga dalam hubungan intim mereka lebih mementingkan bagaimana performancenya bisa memuaskan pasangan daripada mendapatkan kepuasannya sendiri.

"Jadi, kesehatan seksual, kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan berkaitan dengan kepuasan seksual bahkan juga berkaitan dengan harga diri seksual dan kenikmatan seksual," pungkasnya.*