STABAT - Yang Mulia Tuanku Azwar Aziz dari Kesultanan Langkat mengapresiasi produk Kalsium Organik yang bahan bakunya berasal dari tulang ikan yang selama ini terbuang percuma di kawasan pesisir.

Namun ditangan Dosen dan Peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU) Dr. Muhammad Sontang Sihotang S Si M.Si serta Dosen FISIP USU Dr. Dara Aisyah, tulang ikan dan kulit kerang yang terbuang percuma bisa diolah menjadi Kalsium Organik dan kegunaannya menjadi campuran makanan yang menyehatkan.

"Inovasi ini dapat menjadi ikhtiar kita bersama untuk mengentaskan kemiskinan di kawasan pesisir termasuk di Kabupaten Langkat," kata Yang Mulia Tuanku Azwar Aziz di sela pembukaan pameran hari jadi ke-270 Kabupaten Langkat di Stabat, Jumat (17/1/2020). Pameran tersebut berlangsung hingga Selasa (21/1/2020).

Sultan Langkat juga berkenan meninjau dan menyinggahi stand Go Eco Health Tourism (GEHAT) tempat dipajangnya produk-produk Kalsium Organik dan Karbon Aktif yang bahan bakunya dari kawasan pesisir.

Beberapa produk Kalsium Organik (Hidroxyapatite) dari tulang ikan yang dihadirkan di pameran tersebut antara lain air minum sehat, minyak goreng sehat, jus buah sehat, selai sehat, roti sehat, aneka cemilan sehat, Bakso sehat dan Rendang sehat bebas kolesterol. Juga ada Spray pembersih wajah.

Sudah Saatnya Berpihak

Di kesempatan itu, penggiat pemberdayaan kawasan pesisir yang juga Dosen FISIP USU Dr. Dara Aisyah mengatakan, sudah saatnya Pemerintah Daerah (Pemda) berpihak kepada pembangunan sosial ekonomi masyarakat pesisir. Karena keluarga nelayan dari dulu sampai sekarang berada dalam kemiskinan.

Strategi untuk mengatasi hal tersebut, kata Dara Aisyah, adalah dengan melakukan inovasi sumber daya pesisir melalui program pemanfaatan tulang ikan dan kulit kerang menjadi kalsium organik yang bermanfaat untuk kesehatan serta pengolahan sampah menjadi karbon aktif untuk menyaring air kotor menjadi air bersih dan air minum.

Ditambahkan Dara Aisyah, strategi pemberdayaan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui program inovasi transfer ilmu pemanfaatan limbah menjadi berbagai produk berbasis Karbon dan Kalsium untuk diaplikasikan kepada produk makanan dan minuman kesehatan yg berbasis organik.

Artinya, kata Dara Aisyah, masyarakat pesisir khususnya keluarga nelayan, perlu dicerdaskan, ditingkatkan pengetahuan dan keahliannya, melalui program transfer ilmu inovasi limbah pesisir untuk diterapkan ke produk makanan dan minuman kesehatan.

Sebenarnya, lanjut Dara Aisyah, peningkatan ekonomi keluarga nelayan dapat dilakukan dengan cara menepungkan limbah, seterusnya diolah untuk menghasilkan karbon dan kalsium. Manakala produk tersebut diolah lebih lanjut maka akan dapat diperoleh air minum berkalsium, makanan yang tahan lama dan berkalori sehingga dapat menambah stamina tubuh.

"Selama ini masyarakat pesisir dan masyarakat awam jarang mengenal produk kalsium, apalagi mengkonsumsi produk berbasis kalsium. Sebab harga pati kalsium organik (murni) dipasaran sangat mahal. Itupun belum dapat dipastikan kehalalannya, karena ada juga kalsium yang terbuat dari tulang babi. Dengan pengolahan sendiri dari tulang ikan yang higienis, kehalalannya lebih terjamin dan toyyiban," papar Dara Aisyah yang juga anggota Pusat Unggulan Inovasi Green Chitosan dan Material Maju Universitas Sumatera Utara (USU).***