MEDAN - Rumah sakit adalah tempat tumpuan harapan bagi setiap orang yang tengah menderita sakit. Dengan mendatangi rumah sakit, sudah tentu, harapannya ingin memperoleh kesembuhan agar dapat hidup sehat seperti sedia kala dan menjalani aktivitas hari-hari sebagaimana biasanya. Itulah yang diharapkan Salama Lina (35) warga asal Desa Rahuning 2, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan dan Kamariah (31) warga Asal Batu Bara.

Salama Lina adalah salah satu pasien yang mengidap tumor di bagian mulut, sedangkan Kamariah mengalami tumor di bagian kaki sebelah kanan.

Salama Lina dan Kamariah, di dampingi suami mereka datang dari kampung ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan sekitar 2 bulan lalu dengan harapan bisa sembuh dengan mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit milik Kemenkes RI tersebut.

Selama di Medan, baik Salama dan Kamariah bukan mendapat perawatan inap di RSUP Adam Malik Medan, melainkan kedua Ibu Rumah Tangga (IRT) itu terpaksa harus tinggal dengan mengontrak salah satu satu kamar rumah kos - kosan yang tak jauh dari lokasi rumah sakit sembari menunggu kepastian dari pihak rumah sakit yang menjanjikan untuk melakukan operasi atas tumor ganas yang bersarang di tubuh mereka.

Berbagai lika liku proses yang sudah mereka hadapi, sehingga memakan waktu sekitar 2 bulan lamanya, namun selalu mendapatkan pelayanan tak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Bahkan, mereka kerap mendapat janji dari pihak rumah sakit akan segera melakukan oprasi untuk menghilangkan penyakit tumor yang mereka alami.

Padahal, penyakit yang mereka derita sempat menjadi perhatian Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, sehingga orang nomor satu di Sumut itu datang menjenguk mereka saat berada di rumah sakit dan meminta agar pihak rumah sakit serius dalam menangani penyakit mereka.

Namun hingga saat ini, Minggu (11/1/2019), pihak rumah sakit masih juga belum memberikan penangan secara serius dan melakukan operasi terhadap mereka.

Dikonfirmasi secara terpisah, Kasubbag Humas RSUP H Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak, Selasa (14/1/2020) menjelaskan, operasi yang akan dilakukan terhadap kedua pasien atau tindakan lain adalah kewenangan dokter. Sebab, dokter yang paling tahu kondisi pasien.

"Tapi kalau kondisi pasiennya memburuk atau menurun, ya dibawa ke IGD, jangan didiamkan. Itulah gunanya IGD," ujar wanita yang akrab disapa Ocha itu.

Menurut Ocha, Salama Lina sudah terjadwal operasinya minggu depan. Akan tetapi, sambung dia, kalau selama menunggu jadwal operasi kondisi pasien memburuk, ya dibawa saja ke IGD, jangan didiamkan.

"Ga ada kok dibatasi berapa kali dibawa ke IGD. Pokoknya kalau kondisi pasien menurun, bawa aja lagi ke IGD, biar distabilkan kondisinya. Prosedurnya memang begitu bang," terangnya.

"Intinya kalau Salama Lina, tidak ada dicuekin ya bang. Operasinya sudah terjadwal, cetakan mulutnya juga sudah selesai. Minggu depan operasi akan dilaksanakan. Tapi kalau kondisi pasiennya menurun, bawa saja ke IGD ya," tambahnya.

Mengenai Kamariah, Ocha mengaku, pada 16 November 2018, pasien direncanakan akan dilakukan operasi, tapi tidak setuju dan tak pernah datang lagi ke rumah sakit.

Kemudian, sambung dia, setahun kemudian, pasien datang kembali tepatnya pada 23 Desember 2019. Saat itu, pasien datang ke poli bedah onkologi. Di poli ini, petugas melakukan USG, photo thorak, ct scan.

"Kalau pasien kanker, tempo setahun gak berobat, ya udah kemana manalah penyakitnya. (Dari pemeriksaan di onkologi Desember kemarin), hasilnya pasien menderita fibro sarkoma. Saat ini pasien dalam tahap penentuan apakah akan kemo dulu atau operasi dulu. Semuanya nanti ditentukan dokter berdasarkan hasil pemeriksaan," tandasnya.