TOBASA-Warga desa Narumonda V Sunggul Sitorus (60) pelaku usaha ternak Babi yang sudah menggelutinya selamanya 20 Tahun resah dan kecewa atas merebaknya penyakit Babi Hog Cholera dan Virus African Swine Fever (ASF/Demam Babi Afrika).

Ternak Babi milik Sunggul pada akhir tahun Desember 2019 ini mati. Ditenggarai oleh Virus. Sebanyak 5 ekor berat 70 Kg- 80 Kg usia Remaja (Grower), induk berat 120 Kg dan 170 Kg 2 Ekor dan anak usia 10 hari 13 Ekor mati. Ternak yang mati dari 83 Ekor Babi yang diternakkan saat ini dengan perkiraan kerugian materil +_ Rp 13 Juta.

"Itu masih ternak saya belum lagi ternak warga lainnya," ungkapnya kepada Gosumut Rabu,(10/12/2019) di lokasi peternakannya di desa Narumonda V Kecamatan Siantar Narumonda.

Dengan matinya Babi yang dimilikinya sebanyak 21 ekor mulai dari ternak usia remaja (Grower), Anak dan Indukan menuding Pemkab Tobasa menutup-nutupi jenis penyakit ternak Babi yang sudah ada dan menyebar di Kab.Tobasa.

Tudingan ini disampaikan Sunggul berdasarkan pernyataan Kepala Dinas Ketapang (Ketahanan Pangan) dan Kepala Dinas Pertanian Tobasa bahwa di Tobasa untuk penyakit ternak Babi di tahun 2019 ini masih hanya sebatas Virus HOC dan belum ada ASF.

"Pernyataan ini disampaikan ke dua Kepala Dinas saat pertemuan petani pelaku ternak Babi dengan program Sosialisasi dan vaksinnasi massal Virus Hog Colera ternak Babi di Kecamatan Siantar Narumonda pada bulan September 2019 lalu," ungkap Sunggul.

"Kenyataannya tepat bulan Desember akhir tahun 2019 ini sebanyak 21 ekor ternak babi yang saya miliki mati mendadak dengan ciri ciri kematian sebelum mati ternak menggigil dan tidak mau makan, 3 hari kemudian badan babi membiru. Babi masih Hidup mulut berbusa, mengeluarkan Darah busuk dari mulut saat hidup dan setelah mati dari hidung dan anus,"ungkapnya.

Dijelaskan Sunggul ciri kematian Babi ini sesuai berita di Google yang dibaca bahwa penyebaran ke 2 Virus ternak Babi tersebut sudah terjadi di Negara China, Hongkong, Thailand dan Vietnam dengan ciri kematian Babi pengidap penyakit Hog Colera.

"Inilah ciri kedua penyakit yang dinyatakan berita di Google yang sudah terjadi di beberapa negara belahan dunia ini. Dan menurut saya kedua penyakit ini sudah ada di Tobasa dengan bukti puluhan ekor ternak Babi milik saya yang sudah mati akhir tahun ini dan saya yakini ini disebabkan oleh ke dua virus penyakit Babi tersebut karena semua ciri yang dikatakan dalam berita Google tersebut mengidap di ternak Babi saya yang sudah mati,"ungkapnya.

"Untuk itu di Tobasa bukan hanya Virus Hog Cholera saja seperti yang di sampaikan ke dua Kepala Dinas Pemkab Tobasa tersebut pada bulan September 2019 kemarin, melainkan Virus African Swine Fever (ASF/Demam Babi Afrika) juga sudah merebak," jelas Sunggul.

"Harapan kita para masyarakat peternak Babi di Toba Samosir, Pemerintah Kabupaten harus cepat tanggap dan respon. Ternak Babi tidak bisa hilang dan musnah dari Tanah Batak karena pada setiap acara pelaksanaan Adat bidaya Batak harus menggunakan daging Babi (Jambar dan Lauk pesta Adat),"imbuhnya.* Dalam hal ini Pemkab tidak boleh berdiam diri bantulah kami para warga masyarakat peternak Kecil ini, apalagi jelang akhir Tahun 2019 ini semua butuh dana untuk memenuhi kebutuhan keluarga jelang Natal dan Tahun Baru khususnya dana untuk persiapan beli pupuk dan pestisida lainnya jelang musim tanam Padi.harap Sunggul sembari di amini warga peternak Babi lainnya.